Pengembangan Nilai Agama dan Moral merupakan hal yang urgent dalam pendidikan anak usia dini karena di dalamnya terdapat hal pokok yang akan menjadi dasar dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan yang akan datang.
Selama ini pengembangan Nilai Agama dan Moral (NAM) masih terpisah-pisah antara materi dan prakteknya. ‘Materi’ yang dimaksud adalah penanaman NAM. Biasanya pendidik PAUD menanamkan hal tersebut melalui tepuk-tepuk, bercerita, dan sebagainya. Disisi lain, ‘praktik’ NAM hanya tampak ketika anak melakukan sesuatu (baik atau buruk) kemudian pendidik memberikan reaksinya (mengapresiasi bila baik, dan menasehati bila buruk).
Dalam metode pembelajaran konvensional, belum suatu gagasan untuk menggabungkan antar dua elemen (materi dan praktik) tersebut sehingga muncullah gagasan dari penulis untuk membuat sebuah metode yang diberi nama “Learn and Show”. Metode ini terdiri dari dua tahapan, yaitu Learn dan Show.
Pertama, Learn atau belajar. Sikap yang ingin dibangun dalam hal ini adalah simpati. Dalam pembelajaran pendidik akan menstimulasi agar masuk kepada pengembangan nilai agama moral melalui cara-cara yang disukai anak. Tentunya proses pembelajaran ini menggunakan ciri khas Pendidikan Anak Usia dini yakni belajar melalui bermain. Pada fase learn ini anak dikonsdisikan agar bersimpati dan memiliki rencana untuk melakukan sesuatu bagi orang lain.
Kedua, Show atau menunjukkan. yakni anak menunjukkan implementasi dari kegiatan sebelumnya. Pada kegiatan sebelumnya, anak sudah sampai pada tahap merencanakan sesuatu yang baik untuk orang lain. Oleh karena itu, sIkap yang ingin ditonjolkan dalam proses ini adalah empati. Pembelajaran dimulai dengan mengulang kembali tentang apa rencana yang akan dilakukan, kemudian pendidik mengajak anak berdiskusi tentang mengapa rencana tersebut harus dilakukan, mengeksekusi rencana yang ingin dilakukan anak, diskusi kembali, lalu evaluasi.
Metode Learn and Show ini memadukan ‘materi’ pembelajaran (learn) dan ‘praktik’ dalam kehidupan (show) sehingga nilai agama moral dapat dikembangkan dengan maksimal. Untuk mempermudah pemahaman, penulis akan memberikan contoh pengaplikasiannya.
Pada tahap learn, pendidik pendidik menanyakan pada peserta didik ingin belajar melalui media apa (anak diberi beberapa pilihan sehingga ia lebih bersemangat). PIlihan cara pembelajaran tersebut dapat diambilkan dari cara-cara prominent seperti mendengarkan cerita maupun bermain peran. Misalnya : bermain peran jadi anak panti asuhan, dan dalam cerita tersebut para anak panti serba kekurangan dari segi financial maupun emosional. Setelah itu, pendidik melanjutkan pada proses stimulasi. Stimulasi dilakukan pendidik dengan mengajak anak berdiskusi tentang topik yang dibahas. Topik tersebut lalu dibandingkan dengan kondisi para anak (semua anak tercukupi kebutuhan financial dan emosionalnya). Nah dari pembandingan tersebut, anak diajak untuk mensyukuri segala yang telah dimilikinya sehingga tumbuh rasa simpati dalam diri anak.Dengan adanya hal tersebut, guru mengajak anak berdiskusi lagi tentang apa yang ingin mereka lakukan untuk para anak panti..
Pada tahap show atau menunjukkan. yakni anak menunjukkan implementasi dari kegiatan sebelumnya. Misalnya : pada kegiatan sebelumnya, anak telah merencanakan untuk memberikan sumbangan pada anak panti asuhan serta bermain bersama merekaa. Bila kegiatan melibatkan wali murid, maka beberapa hari sebelum pelaksanaan guru hendaknya mengkomunikasikan terlebih dahulu. Setelah itu pendidik membimbing dan mendampingi anak dalam berkegiatan dip anti asuhan. Pasca kegiatan, guru mengajak berdiskusi kembali tentang pembelajaran yang telah ia dapatkan atau moral value.
-ditulis oleh Puteri Anggita Dewi
Mahasiswi Prodi PIAUD STAINU Temanggung
0 Komentar