Menggenggam Dunia dengan Sunnatullah

 Oleh: Auli Anggi Pratiwi, mahasiswi STAINU Temanggung


Hukum Allah ada dalam beberapa tingkatan. Yang pertama pada tingkatan seluruh wujud; hukum yang berlaku di sini adalah sunnatullah yang disebut juga dengan hukum alam. hukum Allah yang bekerja pada tataran perilaku manusia yang dikaitkan dengan keimanan kepada-Nya. Di sini hukum itu berupa ketentuan-ketentuan yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Akan tetapi, wahyu Allah yang turun kepada manusia itu terbatas karena sudah selesai proses turunnya, sementara persoalan yang dihadapi manusia terus bertambah. Karena itu diperlukan metodologi untuk memahami pesan dasar yang ada pada wahyu agar dapat memberikan pegangan kepada mereka di manapun dan kapanpun. Salah satunya yaitu shalat Sunnah tahajud dan Sholat Sunnah Fajar.

Shalat adalah suatu ibadah yang terdiri atas ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan syarat tertentu Depdikbud RI (dalam buku Sholeh, 2005). Tujuan shalat pengakuan hati bahwa Allah Swt sebagai alam pencipta adalah maha agung, dan peryataan patuh terhadap-Nya serta tunduk atas kebesaran dan kemuliaan-Nya, yang kekal dan abadi bagi orang yang melaksanakan shalat dengan khusuk dan iklas, maka hubungan dengan Allah Swt akan kokoh, kuat, dan istiqamah dalam beribadah kepada Allah Swt, dan menjalankan ketentuan yang digariskan-Nya.

Para ulama’ berbeda pendapat tentang kewajiban khusuk dalam sholat. Sebagian ulama’ sufi, berpendapat bahwa khusuk itu termasuk salah satu diantara syarat sah sholat. Sedangkan ulama’ fiqih berpendapat khusuk dalam sholat hanya menempati sunnah. Alasannya khusuk itu bukan termasuk dalam sholat. Karena itu ketiadaanya, tidak membatalkan sholat. Dalam keterkaitan shalat tahajjud terhadap kekuatan rohani atau kejiwaan pada santri bisa tumbuh dengan melatih keiklasan. Shalat tahajjud yang dikerjakan malam hari di rumah, tanpa seorang pun yang tahu, bisa melatih kesadaran bahwa kesadaran bahwa ibadah hanya ditunjukan kepada Allah semata. Hal ini Murtado 2010, memberikan penjelasan dari beberapa bentuk keyakinan terhadap shalat tahajjut.

Menjauhkan diri dari dosa

Merasa berdosa atau menganggap dosa-dosanya tidak terampuni adalah kondisi rohani yang berat. Sehingga rasa bersalah itu akan membebani jiwa dan akan muncul gejala-gejala fisik yang terasa sakit, namun tidak ada gejala rusak secara fisik. Keadaan seperti itu akan sangat mengganggu sehingga menyebabkan stres, kepala menjadi pusing, dan gejala fisik lainya. Dengan begitu Islam memberiakan cara yang baik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, yaitu denga bertobat dan meminta pertolongan dengan melakukan ibadah salah satunya adalah shalat tahajjud.

Mendatangkan kebahagiaan

Jika keikhlasan sudah diraih dan sudah dipahami, selanjutlah adalah bagaimana menjaganya. Salah satu cara menjaganya adalah dengan selalu menjaga kedekatan kepada Allah. Dengan begitu rasa kedekatan itu akan memunculkan ketenanagan rohani, sehingga akan tehindar dari perbuatan dosa.

Membentuk kepribadian dan kewibawaan

Manfaat lain dari shalat tahajjud adalah mampu menumbuhkan kewibaan sekaligus bisa membentuk kepribadian, sehingga menciptakan rasa senang dan lebih dikasihi sesama manusia. Ibadah shalat tahajjud salah satu bentuk pendekatan diri kepada Allah, jika ibadah tersebut dilakukan dengan penuh kecintaan, pasti Allah akan menyebutnya denga cinta yang berlimpah

Dijelaskan oleh Imam al-Munawi berikut ini: “Barangsiapa melaksanakan shalat fajar dengan ikhlas dalam sebagian riwayat diungkapkan dengan kata shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah.” (Al-Munawi, Faid al-Qadir, juz 6, hal. 213).

Salat Fajr yakni salat Sunnah Rawatib Qabliyah Subuh. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua raka’at salat Fajr lebih baik dari pada dunia dan seisinya.” [HR. Muslim] dalam riwayat lain dengan lafazh: “Sungguh kedua raka’at tersebut lebih aku cintai daripada dunia semuanya.”

Keutamaan akhirat dibanding dunia. Karena perhiasan dunia, bagaimanapun indah dan mahalnya, maka itu semua akan hilang dan sirna. Adapun akhirat, maka kenikmatannya kekal selama-lamanya dan tidak akan sirna.

Posting Komentar

0 Komentar