Oleh: Irma Nadzirotul Mu’awanah
Sebelum masuk
dalam penjabarannya penggunaan istilah new
normal itu telah dijumpai sejak beberapa tahun lalu. Istilah new normal
digunakan untuk penemuan teknologi tentang databases (Fagin, 1977). Istilah ini
dilanjutkan dalam temuan aplikasi teknologi informasi (Ozsoyoglu & Yuan,
1987). Selebihnya, penerapan new normal
dijumpai dalam pembahasan masalah keluarga (Walsh, 2012). Terdapat pula
penggunaan new normal untuk masalah keuangan, pekerjaan, dan layanan pemerintah
daerah (Martin, Levey, & Cawley, 2012). Pembahasan new normal meluas sampai pada masalah demografi (Gagnon, Johannsen,
& Lopez-Salido, 2016).
Di Indonesia belum
lama ini terjadi perbincangan yang serius dikarenakan semakin meluas wabah
virus corona yang sering disebut dengan istilah virus covid 19. Seluruh elemen
memperbincangkan new normal dari
sabang sampai meroke, yang mana new
normal itu dihasilkan dari adaptasi proses sementara dalam pandemi
Covid-19, di mana manusia akan memiliki kebiasaan baru dari pembelajaran dan
proses adaptasi setelah pandemi Covid-19. Sejumlah bidang elemen itu mulai dari
masalah kedokteran (Chen, Tan, & Chan, 2020), kesehatan masyarakat (Lee,
2020), sosial-ekonomi (Timotijevic, 2020) hingga masalah kenegaraan (Looi,
2020).
Inilah yang
mendorong kita berkomitmen untuk mempunyai sikap kehati-hatian di semua sektor
kehidupan dengan meletakkan protokol kesehatan di atas segalanya. Beberapa
waktu terakhir ini, tingkat kesadaran masyarakat akan kesehatan telah meningkat
secara signifikan sehingga ada sebagian daerah yang mulai pelonggaran PSBB
(pembatasan sosial berskala besar). Namun, hal ini tidak boleh mengendorkan
kita dalam memberlakukan protokol kesehatan.
Terlepas kita
setuju atau tidak dengan istilah new normal, Rasulullah SAW 1.400 tahun lalu
telah memberi petunjuk sebagai protokol kesehatan dan rujukan dalam kondisi
wabah yang sedang menerpa yaitu :
1. Petunjuk Nabi
SAW yang berhubungan dengan perilaku dan etika pergaulan sehari-hari antara
lain sebagai berikut :
عَنْ
أَبِي سَعِيْدٍ سَعَدْ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صلعم قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
Dari Abu Sa’id,
Sa’ad bin Sinan al-Khudri RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Tidak
boleh melakukan perbuatan yang bisa membahayakan diri sendiri dan membahayakan
orang lain." (HR Ibnu Majah, No 2340 dan 2341).
Adapun
kontekstualitas hadits ini dalam era new
normal bahwa kita dianjurkan tetap bekerja, tetapi harus dipikirkan
terlebih dahulu apakah pekerjaan itu bisa membahayakan pada diri pribadi dan
orang lain atau tidak. Jika bisa membahayakan maka harus dicari caranya supaya
tidak membahayakan.
Maka, yang
bersangkutan supaya tidak mencelakakan orang lain harus memperhatikan protokol
kesehatan, paling tidak menggunakan masker, jaga jarak, dan sering cuci tangan.
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abi Hurairah
RA dia berkata: bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa membahayakan
orang lain maka Allah akan membalas bahaya kepadanya dan barang siapa
menyusahkan atau menyulitkan orang lain maka Allah akan menyulitkannya."
(HR al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
2. Petunjuk Nabi
yang berhubungan dengan ketahanan fisik antara lain sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah
RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Orang mukmin yang kuat lebih baik
dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah." (HR Muslim,
4/2052).
Hadits ini secara
jelas memberi petunjuk kepada orang mukmin untuk menjadi orang yang kuat, baik
dalam urusan agamanya maupun urusan dunianya. Kuat dalam urusan agama dengan
melaksanakan perintah agama yang fardhu maupun sunah, sedangkan kuat dalam
urusan dunia adalah kuat dalam mengelola urusan duniawi, termasuk di dalamnya
kekuatan fisik dan mental dalam menghadapi wabah corona.
3. Petunjuk
Rasulullah SAW berkaitan dengan kebersihan antara lain sebagai berikut.
Dari Abu Mālik
al-Hārits bin ‘Āshim al-‘Asy’āry RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Bersuci sebagian dari iman." (HR Muslim, No 223).
Hadits ini
mendorong umat Islam untuk bersuci, baik dari hadas kecil maupun hadas besar.
Bersuci dari hadas kecil adalah berwudhu. Banyak hadits yang menjelaskan
tentang sunah berwudhu antara lain al-dalku (membersihkan dengan
menggosok-gosok pakai tangan), al-siwak (gosok gigi), berkumur, dan
istinsyaq wal intintsar (menghirup air
dengan hidung dan mengembuskannya keluar). Sementara itu, bersuci dari hadats
besar dengan mandi besar karena janabah.
Di samping itu,
ada juga ajaran Rasulullah yang menganjurkan umatnya membasuh tangan ketika
akan makan dan selesai makan dan membasuh tangan ketika bangun tidur. Jika
semua anjuran Rasul SAW ini secara disiplin dilaksanakan dengan baik, kita
tidak akan ragu-ragu hidup dalam new normal ini.
4. Jika terasa
sakit antara lain batuk dan demam tinggi, segera konsultasi ke dokter karena
berobat merupakan berikhtiar untuk kesembuhan yang diperintahkan Allah SWT dan
Rasul-Nya.
Dan dalam konteks
new normal harus ada kesadaran semua lapisan masyarakat, baik yang masuk ke
masjid/rumah tempat ibadah maupun ke pasar atau ke tempat berkerumun orang
banyak di mana saja. Mengacu kepada hadits di atas, maka protokol kesehatan
harus diutamakan sehingga berbagai kemungkinan masuknya virus corona yang
membahayakan sebisa mungkin ditolak, sesuai dengan kaidah al-dharāru yudfa’u bi qadril imkān (sebisa mungkin kerusakan harus
ditolak).
Tujuan penulisan
artikel ini menjelaskan bahwa di hadis Nabi sudah ada perilaku New Normal
karena di zaman nabi sudah ada wabah seperti wabah covid-19 seperti saat ini.
Dan Manusia harus mengikuti tuntunan syariat, terutama ketika berada dalam
kondisi alam berupa merebaknya wabah Covid-19 atau bencana lainnya.
Sumber Pustaka
www.republika.co.id
www.jateng.kemenag.go.id
0 Komentar