Foto via istockphoto |
Oleh : Puteri Anggita Dewi
Mahasiswi PIAUD Semester V INISNU Temanggung
Seorang anak dianggap berprestasi bila ia mendapatkan peringkat di kelasnya, hal ini merupakan anggapan masyarakat umum.
Padahal bila dikaji lebih luas lagi, masih banyak bidang-bidang selain akademis yang menghasilkan prestasi seperti bidang olahraga, kesenian, maupun musik. Bidang-bidang tersebut biasanya diperoleh dari program ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler merupakan sarana menggali dan menyalurkan bakat seorang anak yang biasanya dilakukan di luar jam pembelajaran. Pilihan ekstrakurikuler di lembaga pendidikan pun beragam, mulai dari menari, melukis, maupun drumband.
Drumband merupakan salah satu ekstrakurikuler yang populer, terlebih lagi dalam ranah pendidikan anak usia dini. Pertunjukan dalam seni drum band mengkolaborasikan dari berbagai peralatan musik, seperti. tiup, perkusi dan sejumlah instrumen lainnya sehingga terciptalah harmoni yang indah. Dengan demikian, ekstrakurikuler drum band erat sekali kaitannya dengan musik.
Musik melatih semua otak, karena kita mendengarkan lagu, otak kiri (bahasa, logika, matematika, akademik) akan memproses lirik, sementara otak kanan (irama, persamaan bunyi, gambar, emosi, dan kreativitas) memproses musik. Adanya kemampuan tersebut tentunya tak lepas dari proses pembelajaran.
Di dalam pembelajaran musik harus dilaksanakan secara berurutan meliputi mendengarkan musik, menyanyikan atau menirukan, dan mengulang terus menerus serta menyempurnakannya Pembelajaran musik sangatlah penting di berikan kepada anak usia dini, karena pada dasarnya memberikan pembelajaran musik sejak usia dini akan mengembangkan kecerdasan musikal dan potensi anak dengan pesat.
Mengenalkan musik pada anak bisa dimulai dengan mendengarkan musik, melibatkan dalam kegiatan-kegiatan bermusik, baru setelah anak mampu memegang alat musik sendiri, biarkan ia memainkan alat musik, dan ini dilakukan saat usia sekitar (5-6 tahun) anak sudah dapat memainkan alat musiknya sendiri.
Salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang mengembangkan kecerdasan musikal anak usia dini adalah raudhatul athfal. Raudhatul athfal (disingkat RA) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau atau dibawahnya) dalam bentuk pendidikan formal, di bawah pengelolaan kementrian agama. RA setara dengan Taman Kanak-kanak (TK), di mana kurikulumnya ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Namun pada saat ini, hanya beberapa Raudhatul Athfal yang memberikan kegiatan musik kepada murid-muridnya sebagai bagian proses dalam pembelajaran. Baik itu kegiatan yang tercantum dalam kurikulum, maupun kegiatan ekstrakulikuler. Dan bisa saja dikatakan, musik tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang sekunder dalam proses pembelajaran AUD.
Raudhatul Athfal Al-Huda Wadas, Kandangan Temanggung merupakan salah satu lembaga yang mengembangkan kecerdasan musikal melalui drumband bernama Gita Swara. Gita Swara adalah salah satu ekstrakurikuler yang ada di RA Al-Huda selain ekstra mewarnai, jarimatika dan tari. Gita Swara, merupakan ekstrakurikuler drumband, yang mengembangkan kemampuan musikal anak usia dini. Merujuk pada awal berdirinya, ekstrakurikuler drumband ini mulai eksis di RA Al-Huda Wadas Kandangan sejak tahun 2006 pada Kepemimpinan Ibu Sumiyati. Instruktur Drumband Gita Swara yang pertama adalah Bapak Maman. Eksistensi Gita Swara masih bertahan hingga sekarang ini, yakni pada kepemimpinan Ibu Uswatun. Instrukturnya pun mengalami pergantian estafet, yang sekarang ini dibina oleh Bapak Joko.
Pengembangan Kecerdasan Musikal melalui Ekstrakurikuler Drumband Gita Swara RA Al-Huda Wadas
Pengembangan kecerdasan musikal di RA Al-Huda Wadas dilakukan melalui beberapa tahapan yakni perencanaan, pengembangan dan penilaian.
Pertama yaitu perencanaan, yang dilakukan dengan cara menyeleksi siswa untuk mengetahui potensi yang dimiliki dan pemberian materi sebelum kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan agar siswa memiliki gambaran terhadap apa yang akan dilakukan. Gita Swara bisa diikuti oleh semua siswa, namun, untuk mendapatkan team yang ideal semua siswa diseleksi untuk menentukan bidangnya masing-masing. Sebab, setiap anak memiliki keahlian sendiri-sendiri, ada yang memiliki passion sebagai mayoret, ada yang memiliki kemampuan menabuh senar, memainkan balera, dan lain sebagianya. Dalam menentukan masing-masing bidang tersebut dilakukan oleh Tim Pelatih.
Tim Pelatih Gita Swara terdiri dari Guru dan Wali Murid RA Al-Huda yang sebelumnya telah mendapat didikan khusus dari Instruktur Drumband.
Kedua yaitu pengembangan, dilakukan dengan bernyanyi dan praktik musik agar Tim Pelatih mengetahui kemampuan siswa dalam bermain musik setelah teori diberikan.
Ketiga yaitu penilaian, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh siswa dalam bermain musik dan pemberian motivasi untuk menambah semangat siswa.
Anggota Gita Swara umumnya adalah peserta didik dari Kelompok B. Bila kekurangan personil, ataupun ada dari Kelompok A yang benar-benar mumpuni baru diambil dari kelas tersebut.
Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kecerdasan Musikal melalui Ekstrakurikuler Drumband Gita Swara RA Al-Huda Wadas
Semenjak tahun ajaran baru, Gita Swara berlatih satu kali dalam seminggu. Durasi setiap latihan adalah sekitar dua jam. Waktu latihan biasanya mengambil Hari Sabtu, diluar kegiatan belajar-mengajar. Kemudian, latihan akan lebih intensif pada semester genap. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut biasanya perlombaan sedang gencar-gencarnya. Dan waktu latihan pun bisa mengambil pada jam pembelajaran.
Selain aktif dalam mengikuti perlombaan, Gita Swara juga kerap tampil dalam kegiatan tasyakuran maupun kemasyarakatan di wilayah domisilinya, yakni Desa Wadas, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung. Hal tersebut dibuktikan dengan tampilnya kelompok marching band ini dalam Khataman Pondok Pesantren Jam’iyyatut-Tholibin, hingga Pengajian di Kampung.
Akomodasi dari setiap penampilan Gita Swara biasanya akan dibahas dalan forum tim pelatih hingga tercapai kesepakatan. Hal unik yang peneliti temukan adalah tak hanya pemain drumband yang berseragam, melainkan tim pelatih pun ikut berseragam dalam setiap penampilan.Adanya pendampingan dari orangtua menjadi faktor yang sangat mendukung dalam pelaksanaan latihan Gita Swara. Adanya pendampingan tersebut membuat anak menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk berlatih. Bahkan ada pula beberapa orangtua yang ikut latihan, sehingga bila di rumah anak ingin berlatih pun orangtua juga dapat mengarahkan.
Pengembangan kecerdasan musikal di RA Al-Huda Wadas dilakukan dengan melalui tiga tahapan yakni tahap perencanaan, pengembangan, dan penilaian. Dalam pelaksanaannya ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yakni dukungan dari keluarga dan masyarakat, akomodasi kegiatan, perawatan alat-alat.
0 Komentar