Bimbingan Konseling Agama di Sekolah Dasar, Adakah?

Oleh Novia Sari Melati, mahasiswi INISNU Temanggung

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang keberadaannya sangat menentukan para guru untuk benar-benar dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan (values of education) kepada peserta didik. Dalam lingkungan yang sangat terbatas ini, para guru diharapkan bisa mengoptimalkan perannya sebagai tenaga profesional yang benar-benar mampu mempotensikan kemampuan yang masih terpendam dari para peserta didik. Selain diharapkan dapat mempotensikan kemampuan yang terpendam dari peserta didik, para guru juga diharapkan dapat membangun keseimbangan emosi, spiritual, intelektual, dan sikap kepribadian yang baik dari para peserta didik.

Anak atau peserta didik adalah pribadi yang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaannya. Seiring dengan bertambahnya usia, anak atau peserta didik mengalami proses belajar yang terus menerus dari yang sebelumnya tidak mengetahui menjadi mengetahui; dari yang sebelumnya tidak mengalami menjadi mengalami secara langsung pengalaman hidupnya. Dalam proses belajar dan memahami sesuatu inilah dibutuhkan seorang guru yang dapat mendampingi anak atau peserta didik.

Namun demikian, setiap guru memiliki keterbatasan pada tugas pengajaran bidang studi yang sudah diampunya. Demikian ini, membuka kemungkinan akan mengabaikan bidang studi yang lain. Problem keterbatasan para guru ini tentu sangat membutuhkan pola pembagian tanggung jawab pembinaan para guru kepada para peserta didik. Contoh, pembagian tanggung jawab sesuai dengan bidang studi yang menjadi keahlian para guru. Akan tetapi, pola pembagian tanggung jawab pengajaran bidang studi ini juga belum sepenuhnya dapat menjawab problem-problem yang lain yang akan dihadapi peserta didik.

Karenanya, selain para guru bertugas memberikan pengetahuan sesuai dengan bidang studi, juga bertugas membangun keseimbangan mental dan kesadaran moral para peserta didik. Jika pembinaan para guru kepada peserta didik tidak seimbang antara intelektual, emosi, spiritual, sikap kepribadian, maka dapat dikatagorikan telah gagal dalam menjadikan manusia Indonesia yang seutuhnya. Perspektif manusia Indonesia yang seutuhnya adalah sangat terkait dengan keseimbangan antara intelektual, emosi, spiritual, dan sikap kepribadian.

Dikaitkan dengan tulisan ini, tidak ada bedanya posisi antara bimbingan dan konseling secara konvensional yang selama ini sudah diterapkan di sekolah-sekolah dengan Bimbingan dan Konseling Islam. Yang membedakan adalah pendekatannya dimana dalam BKI lebih ditekankan pada penanaman nilai-nilai Islam yang mengarah pada pembinaan akhlak yang baik (akhlakul karimah). Terkait dengan peran individu sebagai seorang siswa atau peserta didik, maka bimbingan dan konseling Islam ini diorientasikan pada pembinaan akhlakul karimah dan pemberian bantuan pada peserta didik dalam menyelesaikan problem pendidikannya dengan pendekatan Islam.

Secara garis besar, hal-hal yang menjadi pokok pengajaran pendidikan agama Islam pada remaja adalah yang mencakup aspek akhlak. Pendidikan akhlaknya sangat penting diberikan pada anak usia remaja, karena pada usia remaja adalah masa-masa transisi untuk menuju dewasa yang biasanya terdapat banyak perlawanan yang bergejolak pada diri remaja untuk menentukan pilihannya dalam berperilaku baik ataukah berperilaku menyimpang.

Anak-anak usia sekolah dasar merupakan usia yang sangat riskan dalam menangkap segala hal yang ada di sekitarnya, karena pada saat itulah anak-anak memiliki power yang sangat besar terhadap penyerapan pengaruh lingkungan. Pada usia inilah anak-anak akan membentuk karakter yang nantinya akan dibawa hingga dewasa. Sehingga urgensi pendidikan karakter religious melalui bimbingan konseling agama menjadi hal yang pantas dijadikan prioritas dalam membentuk karakter anak-anak.

Bimbingan konseling agama diterapkan dalam pendidikan formal melalui mata pelajaran hingga non-formal melalui bimbingan di luar jam mata pelajaran. Bimbingan ini pun tidak dilakukan dengan tittle yang besar sebagai bimbingan, namun lebih seperti kepada mengarahkan, menegur, hingga implementasi nilai-nilai akhlakul karimah, baik dalam pengawasan guru di sekolah maupun orang tua di rumah.

Posting Komentar

0 Komentar