![]() |
Dokumentasi Penulis |
Dunia terus mengalami perkembangan, ditandai dengan adanya revolusi industri. Revolusi industri sendiri merupakan sebuah perubahan besar yang terjadi pada cara manusia dalam mengelola sumber daya yang ada dan caranya dalam menciptakan sebuah produk. Dengan adanya revolusi ini, banyak sektor seperti transportasi, pertanian, teknologi, pertambangan, hingga manufaktur yang mengalami perubahan.
Hingga saat ini, kita sudah melihat adanya revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan adanya era kebangkitan mesin, revolusi industri 2.0 yang ditandai dengan adanya era kebangkitan transportasi atau otomasi, revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan adanya era kebangkitan dari komputer atau komputasi, revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan adanya era kebangkitan internet. Diperkirakan oleh negara Jepang yang mengumumkan akan kemungkinannya revolusi konsep industri 5.0 yang disebut sebagai era kebangkitan society.
Konsep yang diusung pada industri 5.0 ini sendiri akan lebih fokus terhadap kombinasi antara pendayagunaan antara berbagai aspek, seperti manusia, data, serta teknologi. Walaupun memiliki kemiripan dengan era revolusi sebelumnya, namun kedua era ini sama sekali berbeda berdasarkan fokusnya.
Pada revolusi industri 4.0 yang memiliki fokus ke efektivitas produksi dan sedangkan revolusi industri 5.0 ditunjukkan lebih berfokus kepada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini sendiri dapat kita lihat contohnya yang sudah ada di negara Indonesia, salah satu perusahaan yang sudah siap untuk menghadapi era revolusi industri 5.0 ini adalah perusahaan pelayanan seperti ojek online maupun perusahaan penggalangan dana.
Perubahan tersebut berdampak besar bagi kondisi sosial, ekonomi, hingga budaya di seluruh dunia, tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Lalu pendidikan seperti apa yang bisa mengantarkan anak-anak kita menuju kesuksesan? Tentu saja pendidikan yang mengikuti perkembangan zaman. Karena pendidikan yang mengikuti perkembangan zaman akan terus beradaptasi dalam menyiapkan masa depan.
Menteri Pendidikan kita, Bapak Nadiem Makarim, pernah berkata. “Kita memasuki era di mana gelar tidak menjamin kompetensi, kelulusan tidak menjamin kesiapan untuk berkarya, dan akreditasi tidak menjamin mutu. Kemudian, keterampilan apa yang dibutuhkan di era yang semakin modern ini? Setidaknya ada empat keterampilan yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreativitas), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi).
Jika pendidikan pada masa lalu menggunakan low order thinking skills (mengingat-memahami-mengaplikasikan), maka sekarang kita harus beralih pada high order thinking skills (menganalisis-mengevaluasi-membuat inovasi). Salah satu cara untuk menggapainya adalah dengan menerapkan pembelajaran inkuiri.
Pembelajaran inkuiri atau inquiry based learning merupakan metode pembelajaran di mana siswa didorong untuk mengenali dan memecahkan masalahnya sendiri. Alurnya mulai dari ask (menanya) – investigate (menyelidiki) – create (mencipta) – discuss (membahas) – reflect (mempertimbangkan).
Model inkuiri yang menekankan pada kolaborasi dan pembelajaran berbasis proses ini merupakan inti dari pendekatan STEAM.
Pembelajaran lima ilmu STEAM, singkatan dari Science-Technology-Engineering-Art-Matchematic,mendorong anak untuk membangun pengetahuan melalui keterampilan mengamati-bertanya-menyelidiki.
Praktik STEAM di RA Al-Huda Kandangan Temanggung |
Kemudian apa yang perlu dilakukan dalam melakukan pembelajaran dengan STEAM? Prosesnya meliputi explore-extend-engage-evaluate.
Pertama, Explore. Ciptakan lingkungan belajar yang berbasis STEAM dengan mendorong rasa ingin tahu anak serta mendorong anak untuk bertanya.
Kedua, Extend. Berilah anak tantangan, ajak anak melakukan investigasi. Tantangan dapat bersifat terbuka agar anak bisa memecahkan permasalahan baik itu secara individu maupun berkelompok.
Ketiga, Engage. Ciri pembelajaran yang membuat anak engaged adalah pembelajaran yang kreatif, melatih konsentrasi, menggunakan energi dan membutuhkan ketekunan. Caranya adalah biarkan anak memperoleh pengalaman belajar secara langsung (anak mengalami sendiri), kemudian kaitkan minat anak dengan kompetensi dasar yang perlu dicapai.
Keempat, Evaluate. Sebagai kegiatan penutup, kita dapat menyediakan waktu untuk menilai setiap kegiatan main yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan ini, guru maupun siswa dapat mengambil pelajaran dari berbagai kegiatan main yang telah dilaksanakan.
-ditulis oleh Puteri Anggita Dewi
Mahasiswi PIAUD INISNU Temanggung
0 Komentar