Analisis Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) di Sekolah Inklusi

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik terhadap siswa ABK khususnya Autisme di sekolah inklusi. Metode yang digunakan observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian data dianalisis dengan kualitatif deskriptif. Autisme merupakan salah satu jenis ABK yang berpengaruh terhadap kehidupan anak. Perkembangan sosial dan komunikasi, merupakan gangguan yang paling utama, sama seperti individu yang normal, kelainan pada intelegensi verbal atau bahasa dan kesulitan dalam mengaktualisasikan tingkah laku, secara menetap, keinginan, kesenangan dan rutinitas. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi bahwa anak autis memiliki karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. Anak autis memiliki karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. 

Kata Kunci: ABK, Autisme, Sekolah Inklusi

PENDAHULUAN 

Pendidikan merupakan sebuah proses pengembangan diri yang dilakukan secara berkelanjutan semasa hidup dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman atau keterampilan seseorang. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang - Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik Indonesia. Proses Pendidikan sebagai hak dan kewajiban seluruh anak bangsa dilaksanakan tanpa memandang seseorang dari segi apapun, seperti jenis kelamin, usia, maupun keadaan seseorang. Oleh karena itu, setiap warga negara berhak memperoleh proses pendidikan, maka berlaku pula bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka anak berkebutuhan khusus mendapat kesempatan untuk bisa lebih beradaptasi dengan anak normal lainnya. Setiap guru diharapkan mampu menghadapi permasalahan-permasalahan yang menimbulkan ketidakselarasan pembelajaran yang terjadi didalam kelas.  Autisme merupakan salah satu jenis ABK yang berpengaruh terhadap kehidupan anak. Perkembangan sosial dan komunikasi, merupakan gangguan yang paling utama, sama seperti individu yang normal, kelainan pada intelegensi verbal atau bahasa dan kesulitan dalam mengaktualisasikan tingkah laku, secara menetap, keinginan, kesenangan dan rutinitas. Anak autisme memiliki ciri-ciri, yaitu (1) gangguang pada 

bidang komunikasi verbal dan nonverbal; (2) gangguan pada bidang interaksi sosial; 

(3) gangguan pada bidang perilaku dan bermain; (4) gangguan pada bidang perasaan 

dan emosi dan; (5) gangguan dalam persepsi sensoris.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Anak Berkebutuhan Khusus dapat sekolah dengan siswa umum lainnya dengan kurikulum yang sama yaitu kurikulum 2013/K13. Penyesuaian pembelajaran yang digunakan bagi anak autisme pada sekolah inklusi yaitu dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, peragaan, bermain peran, karyawisata dan sebagainya. Metode dalam pengajaran anak autis merupakan perpaduan dari metode yang penerapannya di sesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran yang diberikan kepada anak. Autisme adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap komunikasi verbal, nonverbal serta interaksi sosial, yang berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam belajar. Karakter lain yang menyertai autis yaitu melakukan kegiatan berulang–ulang dan gerakan stereotype, penolakan terhadap perubahan lingkungan dan memberikan respon yang tidak semestinya terhadap pengalaman sensori. Autis dapat diartikan pula sebagai gangguan perkembangan komunikasi, kognitif, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensoris, dan belajar). Beberapa diantara anak autis menunjukkan sikap antisosial, gangguan perilaku dan hambatan motorik kasar. Masalah perkembangan mental pada individu autis dapat diamati dari perilaku yang ditunjukkan, sebagian besar tidak sesuai dengan harapan lingkungannya. Sifatnya yang suka menyendiri dan sibuk dengan aktivitas sendiri, sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungan adalah bentuk-bentuk hambatan yang melekat pada individu autis.

Karakteristik Siswa Autisme 

Banyak bayi-bayi autistik telah menunjukkan beda sejak lahir. Dua karakteristik yang umum terlihat pada mereka adalah kecenderungannya untuk melengkungkan punggungya ke belakang menjauhi pengasuhnya atau yang merawatnya, untuk menghindari kontak fisik. Mereka umumnya digambarkan sebagai bayi-bayi yang pasif atau kelewat gaduh (overlay agitated). Bayi yang pasif adalah mereka yang kebanyakan diam sepanjang waktu dan tidak banyak tuntutan pada orangtuanya. Sedangkan bayi yang gaduh adalah yang hampir selalu menangis tidak ada hentinya pada waktu terjaga. Kira-kira separuh dari anak-anak autistik menunjukkan perkembangan yang normal sampai pada usia 1½–3 tahun; kemudian gejala-gejala autisme mulai timbul. Individu demikian ini sering disebut sebagai menderita autisme “regresif”. J Kedokter Trisakti Vol.22 No.1 25 Dibandingkan teman-teman sebayanya, anak-anak autistik seringkali ketinggalan dalam hal komunikasi, ketrampilan sosial dan kognisi. Di samping itu, perilaku disfungsional mulai tampak, seperti misalnya, aktivitas repetitif dan perilaku yang tidak bertujuan (non-goal directed behavior) (mengayun-ayunkan badan tiada hentinya, melipatlipat tangan), mencederai diri sendiri, bermasalah dalam makan dan tidur, tidak peka terhadap rasa sakit. Perilaku mencederai diri sendiri seperti menggigit diri sendiri dan membenturkan kepala mungkin merupakan bentuk stereotipi yang berat dan menurut teori yang baru disebabkan oleh peningkatan endorfin. Salah satu karakterisitk yang paling umum pada anak-anak autistik adalah perilaku yang perseverative, kehendak yang kaku untuk melakukan atau berada dalam keadaan yang sama terus menerus. Apabila seseorang berusaha untuk mengubah aktivitasnya, meskipun kecil saja, atau bilamana anak-anak ini merasa terganggu perilaku ritualnya, mereka akan marah sekali (tantrum). Sebagian dari individu yang autistik ada kalanya dapat mengalami kesulitan dalam masa transisinya ke pubertas karena perubahanperubahan hormonal yang terjadi; masalah gangguan perilaku bisa menjadi lebih sering dan lebih berat pada periode ini. Namun demikian, masih banyak juga anakanak autistik yang melewati masa pubertasnya dengan tenang.Anak autis juga memiliki karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi sebagai berikut: 

a. Komunikasi 

1. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. 

2. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna. 

3. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya. 

4. Mengoceh tanpa arti berulangulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain. 

5. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi. 6. Senang meniru atau membeo (echolalia). Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya. 7. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (nonverbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.

Posting Komentar

0 Komentar