Meningkatkan Kemampuan Fisik Motoric Anak melalui Permainan Tradisional “Jamuran”

 

Oleh Novia Arinan Najakh

Masa anak-anak merupakan masa yang sangat penting dari kehidupannya. Menurut WHO definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam kandungan sampai dengan usia 19 tahun. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk juga yang masih di dalam kandungan. Anak merupakan aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan suatu bangsa, sehingga harus diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Masa yang paling penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita, karena pada masa ini anak mengalami lonjakan pertumbuhan dan perkembangan. Apabila pada tahap ini anak tidak mendapatkan stimulasi yang tepat maka akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan selanjutnya. Aspek perkembangan anak yang penting salah satunya adalah perkembangan fisik motoric anak. Perkembangan fisik motoric anak merupakan perkembangan pengendalian gerak tubuh yang melibatkan pusat syaraf, otot syaraf dan otot yang terkoordinasi melalui kegiatan. Perkembangan fisik motoric anak ini merupakan perkembangan yang dapat terlihat secara fisik. Salah satu bentuk perkembangan fisik motoric anak adalah kemampuan bermain, melompat, berlari, memanjat , berguling dll. Bermain adalah suatu hal yang sangat disukai anak-anak karena kebanyakan permainan dirancang agar anak merasa senang. Islam menganjurkan untuk melatih motorik kasar dari anak-anak dengan berbagai macam permainan yang membutuhkan aktivitas fisik dan olahraga, salah satunya yaitu permainan jamuran.

Permainan jamuran merupakan permainan tradisional yang di jaman sekarang ini mulai tergeser oleh permainan-permainan moderen. Permaianan jamuran merupakan permainan tradisional yang berasal dari jawa tengah. Mungkin permainan ini tidak asing ditelinga anak generasi 90-an kebawah, namun mungkin terdengar asing untuk anak generasi 2000-an. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi yang begitu pesat sehingga permainan ini ditinggalkan karena sudah tidak menarik lagi. Dan sudah digeser oleh gadget yang dapat memuat berbagai permainan-permainan yang menarik. Permainan jamuran ini merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya. Dahulu permainan ini dilakukan oleh anak-anak sembari mengisi waktu. Menurut Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta permainan jamuran merupakan permainan yang anggota pemainnya tujuh atau Sembilan orang. Cara bermainnya, satu orang menjadi pancer (pusat), dan pemain yang lain bergandengan tangan membentuk lingkaran mengelilingi pancer sambal bernyanyi. Lagunya adalah “jamuran..yo ge getok, jamur opo yo ge getok, jamur gajeh mbejijih sak oro oro siro bade jamur opo..”ketika nyanyian sampai pada lagu siro bade jamur opo peman sambil melompat kemudian berjongkok. kemudian pancer menyebutkan jamur apa yang disukai. Misalnya pancer menyebutkan jamur lilin maka pemain yang lain anak berjongkok sambal matanya mendelik kemudian pancer akan meniup matanya dan apabila berkedip maka pemain itu akan bergantian jaga menjadi pancer. Misalnya lagi jika pancer menyebutkan jamur ketek menek ( kera yang sedang memanjat) maka pemain lain harus mencari pohon untuk tempat memanjat , kemudian sang pancer akan mengejar pemain yang tidak memanjat ataupun yang belum sempat memanjat, dan yang tertangkap akan bergantian menjadi pancer. Permainan ini sangat cocok untuk meningkatkan perkembangan fisik motoric anak karena dalam permainan ini melibatkan organ gerak anak misalnya ketika anak berjalan bergandengan tangan mengelilingi pemain yang ditengah, ataupun saat melompat dan berjongkok, ataupun saat berlari mengejar pemain lain. Selain itu permainan ini juga cocok dimainkan oleh berbagai tingkatan umur, mulai umur 4 tahun sampai orang dewasa. Selain meningkatkan kemampuan fisik motoric anak permainan ini juga dapat meningkatkan kognitif serta social emosional anak, karena dengan permainan ini anak akan ditutut mengembangkan kreatifitasnya dalam mencari jenis jamur apa yang kemudian bisa dijadikan permainan, selain itu anak juga dituntut agar bisa saling bersosialisasi dengan pemain yang lain.


Posting Komentar

0 Komentar