MENYOAL HUTANG REZIM DARI MASA KE MASA

 

Oleh: Dini Salamah

“Hutang adalah ibu dari kebodohan dan kejahatan  yang produktif”. Ungakapan ini tentunya bukan tanpa sebuah alasan. Dulu, negara Indonesia menempati posisi lima besar sebagai negara didunia yang berhutang (utang luar negeri) setelah negara Meksiko, Brazil, India dan Argentina. 

Ironisnya ditengah tingginya angka hutang negara Indonesia terhadap Bank Dunia, disisi lain dana hutang pinjaman luar negeri justru mengalami kebocoran (korupsi) dengan nilai yang cukup tinggi. Sebagaimana ungkapan seorang ekonom dari Amerika Serikat, Jeffrey Winters menyebut bahwa sepertiga pinjaman Indonesia ke Bank Dunia telah mengalami kebocoran di Birokrasi Indonesia. 

Berbicara mengenai hutang  bisa dibilang tidak ada pangkal dan ujungnya. Yang menimbulkan berbagai spekulasi didalamnya. Ada yang berpendapat bahwa tingginya hutang di Indonesia berbandinglurus dengan pembangunan yang terus digalakkan. Dalam artian, pembangunan di Indonesia ditopang oleh dana hutang. 

Lalu, bagaimana presentase hutang Indonesia dari Rezim pertama di Indonesia  Ir. Soekarno- sekarang Joko Widodo? Dalam catatan sejarah, dimasa presiden Ir. Soekarno kondisi ekonomi dan politik Indonesia belum stabil. Hal ini dikarenakan pergantian kabinet yang tak menentu, terjadinya masa transisi dari Hindia Belanda yang kemudian beralih ke Indonesia, krisis keuangan yang secara tidak langsung memaksa pemerintah untuk menambah hutang agar dapat mengerem inflasi yang tak terkendali menjadi stabil. Dimasa ini tercatat Indonesia mempunyai hutang luar negeri sebanyak USD 2,3 M/ 32 Triliun.

Selanjutnya masa pemerintahan presiden Soeharto (Orde baru) dimana masa Soeharto menjadi masa pemerintahan terlama dalam sejarah, sekitar 32 tahun. Dimasa orde baru ini mulai digalakkan program-program pembangunan yang bertumpu pada pembangunan fisik, terutama pembangunan infrastruktur. Hal inilah yang menjadikan Soeharto mendapat julukan sebagai “ Bapak Pembangunan”. 

Namun sayangnya, program pembangunan ini justru banyak mengalami kegagalan. Kegagalan ini disebabkan karena adanya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dikalangan para penguasa yang menyebabkan krisis ekonomi, sosial dan politik yang pada akhirnya presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Dimasa ini tercatat presiden Soeharto meninggalkan hutang sebesar Rp 551,4 Triliun. 

Saat presiden Soeharto mengalami kelengseran maka Habiebie secara otomatis menggantikannya sebagai presiden Republik Indonesia, karena Habiebie menjadi wakil presiden saat itu. Di masa ini nilai tukar rupiah terhadap doar mengalami anjlok hingga Rp 14.000 lebih per USD. Dengan segala kepiwaiannya dan mengerahkan segala kemampuannya, Presiden Habiebie mampu menurunkan nilai tukar rupiah menjadi Rp 2500 per USD. 

Namun, keberhasilan presiden Habiebie dalam menstablikan nilai tukar rupiah hingga Rp 2.500 nampaknya masih nihil karena pada kenyataannya belum mampu merubah nasib perekonomian di Indonesia. pada masa ini tercatat, Presiden Habiebie menambah pinjaman hutang sekitar 400 triliun. Al hasil Presiden Habiebie meninggalkan hutang sebesar Rp 938,8 triliun. 

Selanjutnya yaitu masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ). Dimasa ini kondisi sosial ekonomi dan politik Indonesia sangat kacau. Kerusuhan terjadi diberbagai wilayah Indonesia. seperti Ambon dan Papua. Selama memerintah, presiden Gus Dur menambah hutang sebanyak Rp 300 triliun.  tercatat, Presiden Gus Dur mewariskan hutang sebesar Rp 1.273,18 triliun. 

Setelah resmi lengsernya Gus Dur sebagai presiden lewat sidang istimewa MPR RI, secara otomatis digantikan wakilnya. Yaitu Megawati Soekarno Putri. Dibawah roda kepemimpinannya, Megawati tidak banyak menambah hutang negara. Hanya puluhan triliun rupiah saja jika dibandingkan dengan presiden yang pernah menjabat di Indonesia. Megawati termasuk presiden yang mampu berhasil dalam melakukan pengendalian hutang. Tercatat, dimasa akhir jabatannya Megawati meninggalkan hutang sebesar Rp 1.299,50 triliun. 

Dilanjutkan presiden  Susilo Bambang Yudhoyono. Dimasa ini jumlah hutang mengalami peningkatan yang cukup drastis. Dimasa ini ada penambahan hutang sebanyak Rp 2.608,78 triliun. Namun, SBY menghabiskan anggaran negara ini untuk berbagai program subsidi rakyat. Seperti subsidi beras untuk warga miskin, bantuan rumah tidak layak huni, bantuan langsung tunai (BLT) dan berbagai bantuan sosial lainnya. 

Yang terakhir, masa pemerintahan Presiden Jokowi Widodo. Dimasa ini presentase hutang luar negeri mengalami peningkatan yang signifikan.  Diakhir jabatan SBY berada di kisaran Rp 2.608,78 triliun. Hanya kurun waktu empat tahun dibawah roda kekuasaan presiden Jokowi, tepatnya tahun 2018, utang Indonesia sudah mencapai Rp. 4.395,97 triliun. Hingga Mei 2021, posisi utang pemerintah sebesar Rp 6.418,15 triliun. Sungguh angka yang cukup drastis. 

Dimasa ini terjadi pembangunan fisik, infrastruktur secara besar-besaran. Seperti pembangunan jalan nasional sepanjang 3.432 kilometer, dibangun juga jalan bebas hambatan (tol) sepanjang 941 kilometer, jembatan sepanjang 39,8 kilometer, jembatan gantung yang dibangun ada 134 unit, 17 bendungan serta irigasi seluas 655.015 hektar dan dan lain-lain yang tentunya memakan biaya yang fantastis. 

Selain pembangunan di masa ini juga digalakkan program-program bantuan sosial khususnya untuk masyarakat kurang mampu. Misalnya seperti program KIP, salah satu program dari Presiden Jokowi untuk meringankan biaya sekolah bagi anak berasal dari keluarga kurang mampu. Selain itu juga ada PKH/KIS/KKS/ dan lain sebagainya. 

Hutang luar negeri memiliki dua sisi yang kontradiktif. Disatu sisi, hutang luar negeri dijadikan sebagai sebuah obat penyembuh bagi negara yang mengalami kesulitan keuangan, namun disisi lain walaupun sebagai obat penyembuh, sifatnya hanya sementara. jika efek obat sudah hilang, maka sakit akan terasa lagi. Bahkan parahnya lagi hal ini justru bisa menjadi kekebalan sendiri bagi penderita sakit. jika pada pengobatan pertama hanya  dibutuhkan satu dosis, dan saat sakit muncul lagi maka di butuhkan dua dosis dan begitu pula seterusnya karena sampai kapanpun juga yang namanya hutang bukannya menjadi solusi malah menjadi problem dalam problem. 

Posting Komentar

0 Komentar