Tunagrahita

 

Oleh : M. Akhsin Rifqi

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang dilahirkan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus yang berbeda dari manusia pada umumnya sehingga membutuhkan pelayanan khusus. Seseorang dengan memiliki hambatan kecerdasan sudah dipastikan bahwa ia adalah penyandang tunagrahita. Anak dengan tunagrahita memiliki kecenderungan kurang peduli terhadap lingkungannya, baik dalam keluarga ataupun lingkungan sekitarnya. Masyarakat pada umumnya mengenal tunagrahita sebagai retardasi mental atau terbelakang mental atau idiot. Menurut AAMD (American Assosiation on Mental Deficiency) yang dikutip oleh Grossman (Krik & Gallagher, 1986:116) dan diterjemahkan oleh Astati dan Lismulyati bahwa: Tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan}. Sedangkan menurut Amin (1995:15) anak tunagrahita adalah: Anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, mengalami hambatan tingkah laku, penyesuaian dan terjadi pada masa perkembangannya.}

Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

Lemah pikiran (Feeble Minded)

Terbelakang mental (Mentally Retarded)

Bodoh atau dungu (Idiot)

Pandir (Imbecile)

Tolol (Moron)

Oligofrenia (Oligophrenia)

Mampu Didik (Educable)

Mampu Latih (Trainable)

Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau butuh rawat

Mental Subnormal

Defisit Mental

Defisit Kognitif

Cacat Mental

Defisiensi Mental

Gangguan Intelektual

Anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan kasih sayang seperti anak pada umumnya dari kedua orang tua, kasih sayang yang di berikan dari orang tua di sesuaikan dengan kondisi yang di butuhkan serta mendapatkan mendapatkan pendidikan yang layak dan memenuhi setiap kebutuhannya. Sebagaimana diketahui bahwa anak dengan berkebutuhan khusus memiliki kebutuhankebutuhan khusus sesuai dengan kategorinya yang harus terpenuhi, baik di rumah atau bahkan di sekolah terlebih bagi anak tunagrahita.

Karena keterlambatan dalam perkembangan kecerdasannya, siswa tunagrahita akan mengalami berbagai hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, bahkan diantara mereka ada yang mencapai sebagaian atau kurang, tergantung pada berat ringannya hambatan yang dimiliki anak serta perhatian yang diberikan oleh lingkungannya. Menurut Witmer & Kotinsky (Frampton & Gail, 1955: 117-119)menjabarkan kedelapan kebutuhan tersebut, yaitu2 :

Perasaan terjamin kebutuhannya akan terpenuhi (The Sense of Trust) 

2. Perasaan Berwenang mengatur diri (The Sense of Autonomy)

 3. Perasaan dapat berbuat menurut prakarsa sendiri (The Sense of Intiative) 

4. Perasaan puas telah melaksanakan tugas (The Sense of Duty and Accomplisment) 

5. Perasaan bangga atas identitas diri (The Sense of Identity) 

6. Perasaan Keakraban (The Sense of Intimacy) 

7. Perasaan Keorangtuaan (The Parental Sense) 

8. Perasaan Integritas (Integrity Sense)

Faktor penyebab Tunagrahita

 Pada dasarnya, anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam dua hal utama. 

Pertama, keterbatasan fungsi intelektual atau IQ yaitu kemampuan untuk belajar, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.

Kedua adalah keterbatasan pada kemampuan beradaptasi, seperti sulit berkomunikasi secara efektif, menjaga diri, dan berinteraksi.

Penyebab utama dari kondisi tunagrahita masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa kondisi di bawah ini diduga mampu meningkatkan risiko terjadinya disabilitas intelektual:

Infeksi otak yang terjadi setelah bayi lahir

Bayi lahir prematur

Bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses persalinan

Ibu terkena infeksi ketika hamil, misalnya rubella

Ibu hamil atau janin terpapar racun, seperti timbal atau radiasi nuklir

Anak mengalami malnutrisi berat

Cedera pada otak karena kecelakaan atau terjatuh

Riwayat anggota keluarga dengan kondisi tunagrahita

Ibu mengonsumsi minuman keras, obat-obatan terlarang, atau obat-obatan tertentu 

saat hamil

Selain berbagai risiko di atas, ada beberapa penyakit pada anak yang dapat meningkatkan risiko disabilitas intelektual, yaitu sindrom Down, epilepsi, atau sindrom fragile X.

Ciri-ciri anak tunagrahita

 Terdapat banyak gejala tunagrahita pada anak. Ciri-ciri tunagrahita dapat terlihat sejak balita atau bisa saja baru terlihat saat anak memasuki usia sekolah. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah ciri-ciri anak dengan disabilitas intelektual yang paling umum, yaitu: 

Perkembang bayi lambat meliputi berguling, duduk, merangkak, dan berjalan 

Terlambat bicara.

Lambat belajar untuk kemampuan diri sendiri seperti aktivitas toilet, berpakaian, makan sendiri, dll. 

Sulit untuk mengingat hal-hal sederhana. 

Tidak bisa mengontrol emosi. 

Tidak memiliki kemampuan dalam masalah perilaku. 

Cenderung meledak-ledak. 

Kondisi disabilitas mental parah juga berpengaruh pada masalah kesehatan anak seperti kejang, gangguan motorik, masalah pendengaran dan penglihatan.

Klasifikasi Tunagrahita

Klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Amin (1995:22-24) klasifikasi anak tunagrahita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

Tunagrahita ringan

Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, tetapi mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.

Tunagrahita sedang

Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.

Tunagrahita berat dan sangat berat

Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas.

Cara Mengatasi Anak Tunagrahita 

Tunagrahita adalah kondisi seumur hidup dan tidak ada obat untuk menyembuhkannya, namun anak-anak tunagrahita tetap memiliki peluang untuk berkembang seperti anak-anak lainnya apabila dirawat dengan cara yang tepat. Diagnosis awal dan perawatan secara berkelanjutan sangat penting bagi anak tunagrahita, hal ini juga berkaitan dengan kondisi medis dan genetika yang mempengaruhi perkembangannya. Perawatan tunagrahita akan difokuskan pada kekuatan dan kebutuhan anak tersebut. Berikut ini adalah beberapa jenis dukungan yang bisa Anda berikan untuk merawat anak tunagrahita, yaitu:

A.Intervensi dini pada anak dan balita yaitu cara terbaik yang dilakukan orangtua untuk anak berkebutuhan khusus sejak usia dini. 

Memberikan pendidikan khusus untuk anak. 

Memberikan dukungan dan perlindungan keluarga. 

Melakukan program-program keterampilan.

Tujuan utama perawatan anak tunagrahita adalah agar anak tetap dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki secara maksimal. Selain itu, Anda juga dapat melakukan pilihan terapi sesuai kondisi fisik dan mental anak serta ikut berpartisipasi dalam komunitas atau penyedia layanan kesehatan khusus untuk anak dengan kebutuhan khusus.

Posting Komentar

0 Komentar