Sejarah merupakan suatu hal yang tak akan pernah luput perhatiannya di dunia Pendidikan. Sejarah kerap menjadi kunci utama bagi para sejarawan dan ilmuan untuk dapat menemukan suatu jawaban. Sejarah juga dapat menjelaskan mengapa masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. Jika dipikir, hampir tidak mungkin bagi Indonesia untuk menjadi negara dengan pemeluk Islam terbesar di Indonesia. Apalagi kita tahu bahwa agama Islam pertama kali muncul di dataran Arab. Namun, sejarah dapat menjelaskan alasannya.
Sejarah mencatat beberapa teori yang berkaitan dengan waktu munculnya atau masuknya Islam di Nusantara. Agama Islam masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan. Para pedangang tersebut beberapa datang ke Nusantara untuk berdagang sembari berdakwah. Ada pula teori yang menyatakan bahwa sebagian dari mereka adalah ahli agama yang memang datang dengan sengaja ke Nusantara untuk berdakwah. Para ahli memperkirakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abadke-13M.
Ketika proses penyebaran Islam, beberapa pendakwah melakukan berbagai cara untuk menyebarkan agama Islam. Di antaranya dengan berdagang, perkawinan, tasawuf, Pendidikan, kesenian, dan politik. Berbagai metode penyebaran Islam pun dilakukan oleh para pendakwah guna penyebaran Islam. Kebanyakan rakyat pun menerima agama Islam dengan sukarela dan dengan hati yang lapang tanpa adanya paksaan sedikitpun.
Di antara beberapa metode penyebaran agama Islam adalah melalui saluran Pendidikan. Pada mulanya, proses terjadinya pondok pesantren sangat sederhana. Orang yang menguasai beberapa bidang ilmu agama islam, misalnya: ilmu fiqih, ilmu hadis, ilmu tauhid, ilmu akhlak, dan ilmu tasawuf yang bisanya dalam bentuk penguasaan beberapa kitab klasik (kitab kuning) muali mengajarkan ilmunya di surau-surau, majelis-majlis ta’lim, rumah guru atau masjid kepada masyarakat sekitarnya. Lama kelamaan sang kyai semakin terkenal dan pengaruhnya semakin luas, kemudian para santri dari berbagai daerah datang untuk berguru kepada kyai tersebut.
Adapun pondok pesantren yang pertama kali berdiri, menurut Sugihwaras yang dikutip Arifin bahwa pondok pesantren didirikan pada masa-masa permulaan datang dan masuknya Islam ke Indonesia, dimana pondok pesantren yang dianggap paling tua terletak di Aceh. Sedang tinjaun yang lain meyebutkan bahwa yang dianggap sebagai pendiri pertama pondok pesantren di Indonesia adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim yang berasal dari Gujarat, India. Pada saat itu pondok pesantren memiliki fungsi penting sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agam islam. Maulana Malik Ibrahim mendidik sejumlah santri yang ditampung dan tinggal bersama dalam rumahnya di Gresik, Jawa Tengah. Para santri yang sudah selesai pendidikannya kemudian pulang ke tempat asal masing-masing dan mulai menyebarkan agama islam dan mendirikan pondok pesantren yang baru.
Tumbuhnya pondok pesantren hanyalah berfungsi sebagai alat islamisasi, yang sekaligus memadukan unsur pendidikan, yaitu:
1) Ibadah untuk menanamkan iman
2) Tablig untuk menyebarkan ilmu dan amal
3) Untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatn dalam kehidupan seharihari.
Kemudian dalam perkembanganya, pasca periode para wali, keberlangsungan kegiatan pendidikan di pondok pesantren diteruskan oleh para ulama yang lebih dikenal dengan istilah Kyai, hingga masa sekarang.
Walau pesantren telah ada sejak abad ke- 15-16, pesantren selalu menunjukkan eksistensinya hingga saat ini. Pesantren di Indonesia berkembang semakin pesat setiap tahunnya. Selain untuk proses Pendidikan, pesantren dalam sejarah kemerdekaan Indonesia juga memiliki penanan yang tak kalah penting. Dalam “Resolusi Jihad” Oktober 1945, santri benar-benar menunjukkan semangatnya dan turut berkontribusi dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan para penjajah. Karena besarnya jasa para santri, Pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari santri.
Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang, para pemimpin Indonesia memulihkan dan berusaha mengembangkan pendidikan di Indonesia sesuai dengan budaya asli bangsa Indonesia. Pesantren yang pada masa penjajahan kurang memiliki kebebasan dan mengembangkan misinya mulai bermunculan dan berusaha untuk selalu eksis dan berbenah diri untuk meningkatkan daya saingnya dengan lembaga lain.
Pesantren saat ini yang merupakan lembaga pendidikan nonformal mulai melakukan perubahan guna mencetak generasi yang tangguh dan berwawasan luas, diantaranya dengan memasukkan mata pelajaran non agama ke dalam kurikulum pesantren yang beberapa di antaranya juga memasukkan pelajaran bahasa. ke dalam kurikulum wajib di pesantren.
Demikian pula pesantren mulai melebarkan sayapnya dengan memperbaharui sistem pengajaran klasikal, mendirikan madrasah, sekolah negeri bahkan beberapa pesantren yang memiliki lembaga pendidikan tinggi. Pesantren sudah mulai membuka diri terhadap berbagai masukan dan kritik yang bersifat konstruktif dan tidak menyimpang dari agama Islam, sehingga reformasi di sana-sini terus dilakukan oleh pesantren.
Hal ini akan mengubah interpretasi bahwa pesantren identik dengan bangunan ortodoks, tradisional, sempit, kumuh dan terisolasi di pedesaan menjadi pandangan yang menilai bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang unggul dan dapat dibanggakan, yang dapat menjadi alternatif sistem pendidikan modern. .
Secara statistik, Kementerian Agama mencatat hingga saat ini jumlah pesantren di seluruh Indonesia sudah mencapai sekitar 36.600. Sedangkan jumlah santri aktif sebanyak 3,4 juta dan jumlah pengajar (kiai/ustad) sebanyak 370 ribu.
Pesantren merupakan jujugan bagi para orang tua untuk menyekolahkan anakknya agar anak mereka mendapatkan pengetahuan agama yang mumpuni. Beberapa orang tua juga menitipkan anaknya di pesantren tapa melihat bagaimana fasilitas yang tersedia di pesantren tersebut. Namun mereka melihat bagaimana kekuatan sanad yang dimiliki oleh para Kiai. Beberapa orang tua juga menitipkan atau menyekolahkan anak di pesantren karena ingin anaknya belajar hhidup mandiri, sederhana, memahami arti kehidupan, rela berbagi, dan suka bekerja sam dengan orang lain.
0 Komentar