Oleh Miftaf Pradika Putra
Ketua 2 Bidang Eksternal PMII Komisariat Trisula INISNU Temanggung
Bila kita menengok pada lembaran sejarah lahirnya suatu peradaban di bumi manapun, disitu tidak akan terlepas dari peran pemudanya. Revolusi Perancis atau yang sering dikenal dengan revolusi pemerintahan merupakan hasil peran pemuda yang berjiwa nasionalis. Merekalah yang menggulingkan raja Louis XVII, yang akhirnya dieksekusi mati. Revolusi di Inggris juga digerakkan oleh pemuda. Para pemudanya berpacu dalam teknologi. Mereka diantara-Nya adalah Alexander Graham Bell, James Watt, dan lainnya.
Di bumi pertiwi ini, Indonesia. Para pemuda juga ikut berpartisipasi mendukung perjuangan untuk merebut kemerdekaan hingga pembacaan teks proklamasi. Begitu pula dengan peralihan kekuasaan dari rezim orde lama ke orde baru hingga orde reformasi juga digerakkan oleh pemuda, khususnya mahasiswa.
Jika membahas konteks peradaban, pasti tidak akan jauh dengan yang namanya sebuah pergerakan. Pergerakan tidak akan terlepas dari sosok pemuda yang selalu menawarkan niat untuk perubahan. Di samping itu, pemudalah yang selalu menjadi lambang idealisme dan kekuatan bergerak dan berdinamika.
Kenapa harus pemuda?
Pemuda merupakan sosok manusia yang menempati posisi tertinggi sebagai agent of change atau agen perubahan. Selain itu, di tangan merekalah tergenggam arah bangsa. Ketika pemudanya baik, maka akan baik pula suatu bangsa. Sebaliknya, jika pemudanya buruk maka bangsa itu tinggal menunggu datangnya kehancuran.
Presiden RI pertama, Ir. Soekarno mengatakan, “beri aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan gunung Semeru. Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan dengan mereka aku akan mengguncangkan dunia”. Merujuk pada pernyataan tersebut, Bung Karno mengakui bahwa eksistensi pemuda dalam suatu bangsa akan menentukan nasib bangsa di masa depan. Sehingga tugas pemuda tidaklah gampang, kedudukannya sangatlah vital, dan di pundak pemudalah terbebani harapan dan cita-cita bangsa sehingga mereka seakan-akan dituntun untuk memilih gelembung atau gelombang.
Ketika memilih gelembung, maka ia akan mudah diterpa angin. Artinya, pemuda akan mudah terombang ambing atau dengan kata lain selalu mengikuti ke mana angin itu membawanya. Dan jika pemuda tersebut diam maka akan menyerupai gelembung yang jatuh dan pecah dengan sendirinya. Misal ketika seorang mahasiswa berunjuk rasa turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi rakyat di depan gedung DPR-DPRD. Dan setelah aksi tersebut selesai, buku agenda ditutup dan tidak melanjutkan pengawalan maupun tidak ditemukan langkah selanjutnya, itulah yang disebut gelembung dan hanya bergerak ditempat mengikuti arus yang ada.
Lain halnya ketika pemuda memilih gelombang. Artinya ia akan selalu bergerak ke depan tanpa berhenti. Karena gelombang tersebut bersifat dinamis dan di dalamnya pun juga terdapat energi yang luar biasa besarnya, baik yang tampak tenang gerakannya maupun yang gerakannya sangat agresif. Sehingga gelombang selalu siap menerjang terumbu karang yang menghalangi gerakannya.
Dengan begitu, pemuda harus sadar dan memosisikan diri sebagai gelombang. Namun jika sebaliknya, lambat laun eksistensi pemuda akan terkikis dengan fenomena kebangsaan seperti hilangnya kesadaran bersosialisasi. Karena kesadaran merupakan aspek yang sangat penting untuk menjalankan roda kehidupan bagi manusia baik secara individu maupun kelompok. Aspek ini sangat menjadi acuan utama untuk mengembalikan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial.
Dari paradigma diatas bahwa pemuda diharapkan mampu menjadi gelombang, pemuda harus selalu sadar akan tanggung jawab sosial. Menurut Emanuel Levinas, tanggung jawab sosial adalah konsekuensi kehidupan manusia yang hendaknya dipertahankan dan tidak dapat dihindari. Karena tanggung jawab sosial terbentuk dari tanggung jawab orang lain yang sebenarnya adalah bagian dari tanggung jawab pribadi.
Meskipun banyak yang mengatakan bahwa manusia terkhusus pemuda adalah makhluk yang bebas. Akan tetapi dengan kesadaran tanggung jawab sosial tersebut akan selalu menjadi pengingat bagi seorang pemuda. Bahwa kebebasan akan terbatasi oleh kepentingan sosial yang sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas bersama.
Perlu digaris bawahi bahwa dalam sosok pemuda itu mempunyai jiwa kepemimpinan yang terkubur dan perlu dibangkitkan. Bentuk kepemimpinan yang khas ada di dalam benak pemuda sebagaimana bentuk kepemimpinan yang berorientasi pada kekaryaan. Artinya, mereka bisa memberikan motivasi-motivasi untuk berkarya dan mengembangkannya. Mereka mampu menggerakkan orang lain di sekitarnya dan meyakinkannya sehingga mereka menyadari akan pentingnya sebuah pembangunan.
Membangun karakter bangsa
Bung Hatta pernah mengatakan bahwa pemudalah yang sanggup mengubah tampilan bangsa maupun tatanan sosial yang terbungkus oleh ketidakadilan. Karena pemuda masih murni jiwanya, kuat batinnya, dan ingin melihat pelaksanaan kebijakan pemerintah secara jujur seperti apa yang telah dijanjikan kepada rakyat.
Dari pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa pemuda disitu adalah pemuda dalam status sebagai mahasiswa. Pemuda yang dididik untuk berpikir secara ilmiah dengan bermuara pada kebenaran. Maka wajar jika mahasiswa yang selalu peka terhadap keburukan praktik politik dalam sejarah Indonesia.
Secara kualitatif memang pemudalah yang lebih kreatif, inovatif, memiliki idealisme yang sangat murni dan energi yang dapat mempengaruhi perubahan sosial secara kuantitatif. Sehingga peran pemuda bisa disamakan seperti halnya peranan hukum yang telah dikemukakan oleh ajaran-ajaran sociological jurisprudence dan pragmatic legal realism. Yaitu perannya tidak semata-mata untuk menjaga dan ketertiban saja. Akan tetapi juga berperan sebagai alat pembaruan dalam masyarakat.
Dengan begitu, pembaruan untuk membentuk karakter sebuah bangsa haruslah memprioritaskan peran pemuda didalam-Nya. Karena mereka akan selalu bergerak ketika suasana di sekitarnya sedang mengalami kerumitan dan menghadapi masalah yang tidak kunjung terselesaikan.
Terakhir, yang harus dilakukan pemuda saat ini adalah selalu berkontribusi dalam sektor pendidikan. Karena peran pemuda di sektor pendidikan bukanlah masalah edukasi yang tinggi atau rendah. Melainkan lebih ke arah terciptanya sebuah gerakan masif mencerdaskan bangsa. Memang terlihat sepele jika seorang pemuda disuruh untuk rajin-rajinlah belajar, raih prestasi sebanyak mungkin, dan banggakanlah kedua orang tuamu. Tetapi percayalah itu adalah sebuah langkah kecil untuk memajukan bangsa.
Pesan untuk pemuda yang dituntut untuk selalu siap siaga dengan segala sesuatu yang serba cepat, jangan hanya pandai merangkai opini saja. Alangkah baiknya tuangkan opinimu menjadi aksi nyata demi kemajuan bangsa. Aksi dan kerja nyata pasti akan lebih bernilai dibandingkan dengan beradu opini yang tak kunjung pasti.
Ingatlah, bersikap proaktif lebih baik daripada bersikap reaktif!
0 Komentar