Artificial Intelegence : Revolusi atau Evolusi Yang Berbahaya ?
Hadirnya Artificial Intelegence atau kecerdasan buatan ini seperti dua sisi mata uang koin. AI salah satunya yang langsung booming sejak diluncurkannya akhir tahun 2022 lalu yaitu ChatGPT. Adanya AI sangat bermanfaat bagi orang orang yang berkecimbung di dunia tulis menulis. Copywriter salah salah satunya. Penulis yang kejar tayang menulis konten pemasaran (iklan). Mahasiswa yang kejar deadline tugas (?), mungkin, membantu dalam parafrase, dan lain-lain. Tulisan berparagraf paragraf yang biasanya di buat dalam 3-4 hari dengan AI bisa di buat dalam hitungan detik, sangat luar biasa AI ini. Sangat membantu sekali. Disamping itu menurut saya akan banyak juga dampak negatif jangka panjang nya.
Yang paling saya pikirkan disini adalah apakah keberadaan manusia ini akan digantikan oleh ciptaannya sendiri?, sang Artificial Intelegence. Apakah manusia akan berpotensi menjadi pengangguran?. Kekhawatiran ini lah yang sangat menggangu pikiran saya. Sebab, sekarang beberapa pekerjaan manusia sudah digantikan oleh robot. Pekerjaan menjadi lebih cepat, tanpa rasa lelah, dan pemangkasan ongkos kerja yang lumayan segnifikan. Contohnya saja penulis naskah dan sutradara dari Prancis Simon bouisson, beberapa tahun terakhir semenjak adanya ChatGPT, telah menerima dampak positif darinya. Simon memanfaatkan AI untuk mengembangkan alur cerita dari naskah nya. Dan membantu nya dalam menulis naskah yang berulang ulang. Munculnya AI ini sangat berdampak sekali dalam profesi nya. Namun muncul kekhawatiran dari beberapa orang. Mereka mempertanyakan kekreatifan dan keorisinalitas dari si penulis. Adanya AI juga membayangi profesi ini dengan efisiensi dan efektivitas biaya yang ditawarkan.
Yang selanjutnya dengan adanya AI ini, terkhusus bagi mahasiswa, mereka kehilangan idealitas mereka sebagai mahasiswa yang menjunjung tinggi pemikiran kritis dan intelektualitas. Adanya AI membuat mahasiswa jadi malas berfikir, sedikit dikit tanya ke AI. Lalu bagaimana nalar kritis mereka akan berkembang. Bagaimana jika mereka dihadapkan dalam suatu masalah? Apakah akan terus terus an bergantung pada AI ?. Ruang ruang diskusi akan mulai hilang. Nikmatnya berdebat, berargumentasi, dan menentang pendapat teman sekelas tidak akan ada lagi. Dimana mahasiswa yang berfikir kritis peka terhadap sekitar?. Semua itu akan lebur terus menerus dan hilang tanpa jejak seiring berjalannya waktu, jika mereka terus bergantung pada AI.
Sejenak mengabaikan Kekhawatiran tersebut, perlu kita sadari bahwa kecerdasan buatan ini tidaklah sempurna. Meskipun AI dapat menciptakan tulisan yang begitu cepat nya, seringkali hasil dari AI ini tidak memiliki pemahaman emosional dan pengalaman manusiawi yang mendalam. Seakan akan tulisan dari AI ini tidak menghadirkan nyawa dari seorang penulis. Hampa dan kosong. Tidak seperti tulisan dari manusia, ada rasa yang dihadirkan dalam tulisan nya. Pengalaman hidup dari sang penulis tidak bisa di tiru oleh robot. Miris nya lagi, Memang benar, AI generate menantang penulis di beberapa tingkatan karena dapat menyerap karya penulis tanpa persetujuan mereka dan menghasilkan konten yang meniru karya kreatif mereka tanpa imbalan apa pun. Namun kembali lagi ke pembahasan, bagaimana dengan dampak panjangnya?. Mungkin sekarang AI masih belum sempurna. Kita tidak tahu kedepannya akan ber evolusi seperti apa AI ini.
Penulis: Tuti Amalia, Mahasiswa prodi PAI INISNU Temanggung, Kader PMII Temanggung, Anggota Komunitas Diskusi Aktualisasi Filsafat
0 Komentar