"Focus Group Discussion" Etika Demokrasi dalam Budaya Lokal Perspektif Aswaja An-Nahdliyah

 Pusat Kajian Budaya dan Kebijakan Publik (PKBKP) INISNU Temanggung, Jum'at (14/06/2024) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertempat di Aula lantai 3 INISNU Temanggung.

DPRD Provinsi Jawa Tengah, M. Ngainirrichadl, SHI. MM. menjadi Narasumber FGD dengan tema “Etika Demokrasi dalam Budaya Lokal Perspektif Aswaja An-Nahdliyah” dan adapun beberapa Narasumber dihadirkan diantaranya dari Kepala DINBUDPAR Kab. Temanggung, Hendra Sumaryana S.Sos, MT.

Ketua Tanfidziyah PCNU Temanggung, KH. M. Furqon Masyhuri.  

Ketua BPP INISNU Temanggung, Drs H. Nur Mahsun, M. S. I. membuka kegiatan secara resmi. Beliau menyampaikan Budaya Jawa menerapkan sistem demokrasi, tetapi sistem demokrasi memerlukan biaya yang sangat besar sehingga seharusnya lebih baik. Masyarakat dengan sistem kerajaan di masa lalu menerima kepemimpinan mereka dan mendapatkan kesejahteraan. Nilai-nilai budaya Aswaja An-Nahdliyyah diwujudkan dalam sistem budaya tersebut.

Pada kesempatan yang sama

Hamidullah Ibda selaku perwakilan dari Rektor INISNU Ia menyoroti bahwa Demokrasi saat ini memiliki kecacatan, di mana pilihan seorang tukang parkir berbeda dengan pilihan seorang kyai, dan pilihan seorang sarjana berbeda dengan pilihan seorang profesor. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diberikan keistimewaan, sedangkan Aceh memiliki kekhususan dalam regulasi syariat Islam. Ibda menambahkan agar kita dapat mendengarkan para pemateri.

Dalam sesi diskusi dimoderatori oleh Dr. Joni MN, M. Pd. B.I, dibuka dengan wawasan mengenai demokrasi dan budaya, "Etika memuat dua hal yakni adab dan akhlak, dari adab dan akhlak tersebut membuahkan sebuah demokrasi" begitu paparnya 

"Demokrasi pada saat ini sudah sangat kebablasan. Karena demokrasi sebenarnya sudah ada secara konsep dan itu sudah bagus tetapi secara etika sendiri pelakunya yang sering menodai",M. Ngainirrichadl, SHI. MM., DPRD Provinsi Jawa Tengah.

Pak Richardl juga menjelaskan, bahwa prinsip demokrasi pada saat ini merupakan sistem pemerintahan yang buruk karena menganut mayoritas. beda pada zamannya Pak Soekarno, beliau demokrasinya berprinsip yang di Gotong Royong kepedulian terhadap sesama. etika demokrasi itu terbagi menjadi dua prinsip kerakyatan dan kebijaksanaan. Tetapi, yang sulit itu adalah menyatukan etika demokrasi nasional dengan etika demokrasi secara Jawa.

Selanjutnya, Kepala DINBUDPAR Kab. Temanggung, Hendra Sumaryana S.Sos, MT. Menjelaskan "Temanggung itu mempunyai 80 jenis kesenian kemudian ada 2529 kelompok seni dan 92 juta pelaku-pelaku seni, kesenian Temanggung sendiri dalam bingkai demokrasi ini akan menjadi kekuatan besar apakah ini bisa dimanfaatkan atau termanfaatkan? warisan budaya sendiri terbagi menjadi dua yakni bergerak atau tidak bergerak" tegasnya. 


Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCNU Temanggung, KH. M. Furqon Masyhuri, menyampaikan bahwa sebenarnya demokrasi sudah ada sejak kelahiran Islam. hal ini lahir dari unsur politik. dalam kepemimpinannya Rasulullah sudah menerapkan sistem demokrasi. Terbukti bahwa sebenarnya Nabi Muhammad sudah mempunyai Wahyu tetapi dalam menetapkan suatu keputusan Nabi Rasulullah tetap musyawarah dengan para sahabat untuk mematahkan asumsi bahwa Rasulullah bersifat otoriter. Dilihat dari sistem pemilihan sahabat, setelah Rasulullah wafat menggunakan sistem demokrasi bermacam-macam hal ini mengandung makna bahwa demokrasi dalam Islam memiliki arti boleh dilakukan dengan berbagi model.

"proses masuknya Islam ke tanah Jawa bahwasanya dibawa oleh sembilan wali yang mana pada saat itu kekuatan besar tanah Jawa. Terdapat pada Kerajaan Mataram yang ditandai oleh Raja Brawijaya 5 yang mana istrinya juga merupakan orang islam, kemudian sembilan wali tersebut sowan ke Brawijaya agar masuk ke Islam. Beliau tidak mau tetapi memberikan izin kepada Wali Wali tersebut boleh menyebarkan Islam di tanah Jawa. Maka dari itu, dalam sistem pemerintahan di Jawa tidak ada label Said atau Habib tetapi adanya Raden" Tambah Beliau.

Penyelenggaraan FGD tersebut turut menghadirkan, pegiat seni dari berbagai komunitas di Temanggung, sivitas akademika INISNU Temanggung dan Akper NU Temanggung, dan Komunitas Mahasiswa INISNU Temanggung.

Sebagai informasi, FGD Etika Demokrasi dalam Budaya Lokal Perspektif Aswaja An-Nahdliyah 

bertujuan untuk memfasilitasi silaturahmi antara Tokoh Ulama NU, Perguruan Tinggi, pendukung budaya, pemberdayaan masyarakat di Temanggung. Selain itu, FGD juga bertujuan untuk melibatkan Tokoh Ulama NU, pendidikan tinggi dan masyarakat sipil dalam membangun etika demokrasi di masyarakat khususnya di Temanggung, serta untuk mencari bagaimana etika demokrasi dan budaya lokal Temanggung dalam perspektif Aswaja An-Nahdliyah.

Reporter : Dea Puji Saputri 

Editor : Tuti Amalia, Razna Kafa Yuha

Posting Komentar

0 Komentar