Liyangan: Peradaban Mataram Kuno di Tanah Susundara yang 'Hilang'

Temanggung, kabupaten kecil di Jawa Tengah jarang dikenali masyarakat luar. Menjadi daerah di lereng Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro merekam jejak peradaban Mataram Kuno, Peradaban yang konon katanya lebih besar dari Prambanan maupun Borobudur pernah ada di Tanah Susundara (Sindoro). Tempat itu, Situs Liyangan. Situs merupakan tempat kejadian suatu peristiwa, yang memiliki sistem yang lebih kompleks seperti halnya di Situs Liyangan. 

Di Situs Liyangan memiliki sistem permukiman yang kompleks, dibuktikan dengan adanya sistem petirtaan atau irigasi untuk pertanian dan kehidupan masyarakat, sistem permukiman atau tempat tinggal penduduk, dan peribadatan. Hal tersebut merupakan sebuah keselarasan hubungan antara sang pencipta, manusia, dan alam semesta.

Sama halnya Kota Pompeii, Peradaban Situs Liyangan pernah hilang akibat bencana letusan gunung, yakni Gunung Sindoro pada abad ke-11 Masehi. Situs Liyangan ini diperkirakan ada pada masa Kerajaan Mataram Kuno, hal ini dibuktikan dengan bangunan yang ada di Situs Liyangan bercorak Hindu serta adanya petilasan Raja Rakai Pikatan yang notabene adalah raja Kerajaan Mataram Kuno di Mudal Temanggung. 

Sedangkan Candi adalah bangunan atau kompleks bangunan yang lebih sederhana daripada situs, candi hanya dibangun hanya dengan tujuan ritual keagamaan atau hal yang berkaitan dengan kepercayaan. Seperti halnya di Pringapus, Candi Pringapus memiliki pola yang lebih sederhana daripada Situs Liyangan ditemukannya Sendhang, Candi pendamping, dan Utama, juga sudah dilakukan penggalian di beberapa tempat di daerah Pringapus dan nyatanya tidak ditemukan di pemukiman warga, hal ini menandakan bahwasanya kompleks Candi Pringapus didirikan hanya untuk peribadatan.  

Menurut Pak Bawon, warga desa asli Liyangan mengatakan bahwasanya Situs Liyangan dan Candi Pringapus memiliki keterkaitan yang sama yaitu Trah yang sama, Mataram Kuno. Namun dari adanya Candi dan Situs belum dapat dipastikan pada masa kekuasaan raja siapa Situs dan Candi ini dibangun, berita simpang siur akan raja yang memerintah saat itu, dan menurut Pak Bawon, warga asli desa Liyangan, Situs Liyangan ini merupakan peninggalan dari Istri Angling dharma, Dewi Saraswati yang memiliki keterkaitan dengan peradaban di Temanggung lainnya yaitu Kedu, tepatnya Ngrancang tempat petilasan Angling Dharma. Di sisi Lain, menurut Pak Didin Juru pelihara Situs Liyangan, belum ada kepastian mengenai pemimpin pada masa Mataram Kuno, Situs Liyangan ini. 

Ditemukannya situs Liyangan beserta barang-barang kompleks lainnya membuktikan bahwasanya Dinasti Cina sudah mencapai Jawa pada abad ke 9 atau ke 10 dengan bukti, tembikar, guci, dan mangkok yang ditemukan memiliki corak serta kesamaan dengan Cina, dan dinasti yang berada di Jawa tersebut adalah dinasti Tang. 

Penemuan Situs Liyangan, masih dikembangkan hingga saat ini. Petugas Cagar Budaya setiap setahun beberapa kali melakukan penggalian-penggalian untuk menemukan Situs-situs yang masih tertimbun letusan Gunung Sindoro.

Berbeda dengan Liyangan, Candi Pringapus memiliki usia yang lebih muda, dan tidak tertimbun letusan Gunung Sindoro, dikarenakan tertutupi oleh bukti yang ada di sebelah barat candi Pringapus. Di Pringapus Kompleks Candi yang ditemukan tidak utuh, hanya bagian candi pendamping yang masih berdiri kokoh beserta nandhi di dalamnya, Kompleks Candi Pringapus juga memiliki Sendhang yang berada sekitar 300 meter kearah barat, diperkirakan di dekat Sendhang itulah candi Utama berdiri. Menurut Juru Pemelihara Candi Pringapus, bahwasanya Candi Pringapus memiliki keterkaitan dengan situs Liyangan meski berbeda pemimpin dan zaman, tetapi masih dengan trah yang sama.

Pembuktian mengenai Mataram Kuno yang berkuasa saat itu di Temanggung dapat ditarik benang merah, keterkaitan antara Situs Liyangan, Candi Pringapus, serta Mudal ‘ petilasan Rakai Pikatan pemimpin Kerajaan Mataram Kuno’ dapat dilihat dari zaman ke zaman pemerintahan Mataram Kuno semakin ke wilayah bawah atau yang lebih rendah dan dapat disimpulkan menurut Pak Didin selaku Juru Pelihara Situs Liyangan semakin rendah daerah pemerintahan maka semakin dekat zaman Kerajaan dengan masa kolonial penjajahan.

Situs dan Candi tidak hanya sekedar bangunan, melainkan memiliki makna dan fungsi bagi kehidupan masyarakat lampau. Peradaban kuno yang lahir di Temanggung, Situs Liyangan masih menyimpan seribu kisah yang belum tuntas sebagai peradaban yang konon katanya lebih besar dari peradaban Prambanan dan Borobudur. Sudah kewajiban bagi semua lapisan masyarakat untuk jangan sekali-kali melupakan sejarah, karena sejarah merupakan ibrah (pelajaran) yang bisa kita tarik ke masa sekarang untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

Posting Komentar

0 Komentar