BELAJAR MENERIMA TAKDIR PANDEMI
Oleh: Nendy Mutiar Mukhamad Zuhri, mahasiswa STAINU Temanggung
Satu tahun sudah pandemi ini berkeliaran di dunia, pemerintah telah melakukaan banyak hal guna mengatasi pademi agar cepat berlalu dan menemukan solusi terefektif. Beberapa kebijakan seperti pembatasan sosial berskala besar hingga PKKPM sudah diterapkan oleh pemerintahan daerah. Akan tetapi, kebijakan tersebut masih berujung pada jalan buntu karena peta perkembangan COVID-19 di Indonesia tetap menunjukan grafik naik tanpa ada kata landai.
Mungkin, masyarakat telah jenuh akan kata korona atau mungkin memang masyarakat sudah tidak lagi peduli dengan virus ini. Mereka lebih peduli dengan perekonomian mereka yang terkena dampak karena pandemi ini. Masyarakat juga mulai jenuh terhadap kebijakan pemerintah, terlebih dalam bidang pendidikan yang menghimbau seluruh civitas akademik untuk melakukan pembelajaran secara daring. Mereka menganggap bahwa pembelajaran daring hanya membuang waktu dan tidak menemukan keefektifan dalam proses pembelajaran.
Akan tetapi, orang tua hanya bisa menerima oleh kebijakan tersebut. Meskipun banyak kendala di dalamnya, yang namanya kebijakan pemerintah pasti sudah dipikirkan matang dan pasti ada rencana baik di baliknya. Bagi sebagian orang, proses pembelajaran daring memang efektif karena dapat memantau langsung anaknya saat bersekolah, di balik pro pasti ada kontra. Di samping ada yang menganggap pembelajran daring itu efektif, ada juga orang tua yang menganggap bahwa daring adalah proses pembelajran yang sangat tidak efektif.
Bisa jadi karena kurangnya fasilitas, SDM orang tua yang kurang untuk mengajari anaknya atau mungkin hal lain? Permasalahan ini masih berpusar dalam tanda tanya besar.
Pembelajaran daring, PHK, perekonomian yang turun drastis, dan masih banyak lagi dampak akibat pandemi ini. Untuk itulah banyak keluhan dari masyarakat yang terdampak pandemi, tetapi akan bagaimana lagi? Memang itulah yang kita rasakan dimana-mana.
Jika sudah seperti itu siapakah yang mau disalahakan? Pemerintah, atau malah masyarakat? Sebenarnya, tidak ada yang salah dalam hal ini, adanya pandemi ini merupakan teguran dari Tuhan. Bagaimana kita sebagai manusia biasa yang harus dituntut untuk tetap melanjutkan kehidupan? Ya, kita harus menerima bahwa pandemi ini memang takdir yang telah digariskan Tuhan kepada kita. Sebagai manusia, kita hanya perlu mengikuti skenario Tuhan dan berdoa kepada-Nya agar pandemi ini lekas selesai, berbagai sektor yang terdampak pandemi bisa segera sembuh, dan dunia kembali tersenyum.
Menerima bukanlah sesuatu yang mudah, menerima bisa dilakukan jika kita sudah merasakan. Mau gimana lagi jika kita tidak menerimanya? Apakah kita akan protes kepada Tuhan? Tidak. Kita harus ikhlas menjalani dan harus tetap berusaha. Ingatlah kata Jack Kahunalaguna (Spongebob Squarpants), “Apapun yang terjadi, tetaplah bernafas!”
Mungkin kata-kata tersebut dapat kita
terapkan dalam menjalani dan menerima takdir yang telah Tuhan berikan. Kekalahan
sesungguhnya adalah ketika kita menyerah dengan segala tantangan kehidupan ini.
0 Komentar