Passion atau Orang Tua
Zaenal Arifin
“sebenarnya aku ngga pengen kuliah disini, ini pilihan orang tua.” Pernahkah mendengar kalimat tersebut. Yah, bukan lagi rahasia umum banyak mahasiswa yang berkeluh kesah seperti itu. Banyak dari mereka dengan “terpaksa” masuk perguruan tinggi atau jurusan yang tidak sama sekali mereka suka. Bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang hanya datang, duduk, pulang. Tanpa mengetahui dan tidak mau tau apa yang dipelajari. Para mahasiswa beranggapan, hanya akan membuang waktu percuma mempelajari sesuatu yang tidak diminati.
Alhasil banyak lulusan sarjana yang bisa dikatakan tidak beruntung mendapat pekerjaan seperti apa yang diharapkan sebelumnya. Memang tidak dapt dipungkiri bawasanya minat atau cita cita menjadi kekuatan tersendiri dalam belajar sehingga apa yang dipelajari dapat terealisasi dengan mudah. Sementara jika apa yang dipelajari berbanding terbalik dengan minat seseorang, maka pembelajaran terasa tidak maksimal. Yang ada hanya rasa bosan, ingin mempercepat pembelajaran atau keinginan untuk berhenti belajar. Hal semacam ini yang menjadi faktor ketidakberuntungan mahasiswa pasca sarjana.
Namun semua permasalahan tidak sepenuhnya kesalahan orang tua. Sebab, pada dasarnya orang tua di dunia ini ingin melihat anaknya sukses. Orang tua punya maksud yang baik untuk masa depan anaknya, terlebih bagi para orang tua yang sudah berpengalaman. Mereka akan menuntun anaknya ke arah yang sekiranya bisa menjamin hidup di masa depan nanti. Akan tetapi, ini justu bisa menimbulkan masalah baru. Seperti halnya anak selalu merasa tertekan atau berpikir tidak ada kebebasan dalam hidup. Sementara setiap anak punya cita cita, bakat, minat yang berbeda.
Dalam permasalahan ini yang paling terpenting adalah komunikasi antara anak dan juga orang tua. Apa yang diinginkan orang tua belum tentu diminati anak. Begitu juga sebaliknya, apa yang diminati anak belum tentu direstui orang tua. Maka komunikasi ini dirasa sangat penting untuk mencari solusi yang baik dan tepat bagi kedua belah pihak. Karena menuntut anak menjadi sukses tanpa mengetaui apa cita cita atau minatnya, bukanlah hal yang bijak.
Sebaiknya sebelum orang tua mengambil keputusan untuk memberikan pendidikan tinggi pada anaknya, ada pertimbangan tersendiri sehingga akan memberikan keuntungan bagi anak maupun orang tua. Jika tidak, bukan tidak mungkin hanya akan memberikan kerugian baik bagi orang tua atau anaknya sendiri. Pastimya orang tua berpikir untuk memberi pendidikan setinggi tingginya kepada anak, akan tetapi sebelum melangah ada baiknya dibicarakan kepada anak tentang rencana dan tujuannya. Sehingga anak tidak merasa tertekan atau bahkan terbebani dalam menempuh pendidikan.
Tidak semua pendapat orang tua salah dan tidak ada salahnya mengikuti pilihan orang tua. Jika sudah terlanjur terjun dalam jurusan atau perguruan tinggi pilihan orang tua, maka berdamailah dengan pilihan tersebut. Sebab masalah yang urgen sekarang bukanlah pilihan sendiri atau pilihan orang tua, namun bagaimana kita mengembangkan diri sebaik mungkin. Sejatinya kuliah adalah untuk mematangkan pola pikir untuk mengatasi setiap problem. Jangan sampai karena masalah tersebut menjadi penghambat untuk meningkatkan diri. Boleh jadi, apa yang menjadi pilihan orang tua adalah passion yang ada dalam diri sendiri tanpa pernah kita disadari. bukankah semua tak berubah jika kita tidak mengubahnya.
0 Komentar