SASTRA SAHUR
Oleh : Risalatul Muawanah
Ketika aksara seperempat malam, aku melihat ibuk sibuk memasak rindu, merebus kenangan bersama angan, lalu disajikan dalam piring piring kosong yang hilang jumlahnya.
Sahur tiba, tapi mataku tetap terpejam menikmati mimpi yang bertabur rindu.
Tatkala fajar bergegas tugas, tuk menyalakan sebuah hari aku terjaga. Menyempatkan ibadah sahur, dengan sepiring rindu yang berbaur dengan khidmatnya cinta yang tergiur.
Semburat sepertiga malam merengkuh sebagian sadarku, mengekang separuh seleraku, enggan membuka mataku... Namun,, tangan itu membelai keningku lembut, lalu bisikan rindu menyeruak di telingaku. "Risaa, sahur" (singkat).. namun seketika menyadarkan ku, menarikku dari samudera mimpi. Hingga aku terbangun penuh derai airmata.
Menu sahurmu tak perlu mewah, tapi cintamu harus megah❤️✨
Apapun kondisinya, lawan! Jangan anggap ini adalah titik terendahmu. Ingat, Tuhan yang maha Asiik punya 1001 jalan dengan rencana terbaiknya.🤗😘
0 Komentar