Sore hari saat Follow Up PMII di ruang Sekre LPM Grip temanku yang sering ku panggil Gondrong bertanya padaku tentang suatu masalah terkait Pendidikan, tentunya kami sebagai mahasiswa dari Fakultas yang berbeda memiliki cara pandang yang tak sama, temanku menganut idealisme dalam pendidikan liberal secara humanis sedangkan aku lebih percaya pada kapitalisme. Saat kudengar masalah yang dia lontarkan pada telingaku memang pantas kita sebagai mahasiswa bertanya-tanya kenapa konsep semacam itu bisa berjalan dalam realita, sedangkan dari apa yang kita yakini dan kita jalani sekarang berbanding terbalik dengan realita yang akan kita hadapi tersebut.
Gondrong bertanya kenapa orang yang berpendidikan (bersekolah) itu hidupnya kebanyakan miskin, tapi orang yang tidak berpendidikan (tidak bersekolah) hidupnya kaya. Aku langsung menyarankannya membaca buku Rich Dad Poor Dad yang ditulis Robert T. Kiyosaki yang aku pinjam dari anak Fakultas Tarbiyah bernama Sovia. Kenapa aku menyarankan itu, karena tentunya kita membutuhkan literasi keuangan yang pantas agar tidak sekedar menjawab persoalan yang walaupun terkesan sepele dan sederhana tapi kebanyakan dijawab oleh mahasiswa dengan jawaban tolol yang berasal dari sarang di otak mereka, penuh percaya diri ditawarkan di publik, bahkan dengan arogansi menganggap tulisan mereka benar hanya karena yakin dengan idealisme dan berkata "Aku punya hak berbicara dan mengekspresikan pendapat." Ayolah Kawan bagiku itu seperti meludah di tong sampah.
Aku beri sedikit gambaran untuk menjawab pertanyaan itu dari apa yang kudapat dari Robert T. Kiyosaki. Terdapat perbedaan mendasar dalam cara orang kaya, miskin, dan kelas menengah berpikir dan bertindak mengenai uang. Kiyosaki memperkenalkan dua sosok ayah yang menjadi panutannya, Ayah Miskin yaitu ayah kandungnya yang berpendidikan tinggi punya gelar Ph.D. menyelesaikan empat tahun pendidikannya kurang dari 2 tahun, menempuh pendidikan di Stanford University, University of Chicago, dan Northwestern University, semuanya dengan beasiswa penuh, namun kurang cerdas finansial, dan meninggalkan banyak hutang. Sedangkan Ayah Kaya yaitu ayah teman terbaiknya yang tidak pernah menyelesaikan pendidikan setara dengan SMP namun sangat sukses secara finansial, menjadi orang terkaya di Hawai dan meninggalkan puluhan juta dolar bagi keluarga.
Dari kedua ayah tersebut menghasilkan Pelajaran berbeda yang memberikan pengaruh secara spesifik terhadap masa depan anaknya (Robert T. Kiyosaki) terutama tentang cara berfikir mengenai uang. Sebagai contoh, Ayah yang satu berkata “Cinta akan uang adalah akar segala kejahatan.” Yang lain mengatakan, “Kekurangan uang adalah akar segala kejahatan.” (aku memilih yang ke dua). Ayah yang satu sering berkata, “ Saya tidak mampu membelinya.” yang lain mengatakan, “Bagaimana saya bisa membelinya?” (aku memilih yang kedua). Untuk menilai perbedaan dari contoh di atas tentunya otak ayam mahasiswa yang sok paling kritis, sok paling politis, dan sok paling puitis itu tak perlu waktu panjang untuk menginterpretasikannya.
Dapat kita lihat bahwa kedua ayah tadi benar-benar memiliki pandangan yang berbeda tentang uang dan itu menghasilkan tatanan hidup yang berbeda pula, Di mana yang satu jadi orang miskin berpendidikan (bersekolah) dan yang satu lagi jadi orang kaya tanpa pendidikan (tidak bersekolah), dan apakah itu kesalahan dari Pendidikan? Jawabannya……Bukan!!!! Apapun kondisi yang kalian alami itu adalah hasil dari apa yang kalian didik pada diri kalian. Tergantung kalian mau mendidik diri kalian seperti apa, termasuk dalam bidang pendidikan keuangan seperti ini, orang yang mempunya literasi keuangan dan mendidik dirinya untuk belajar giat tentang apa itu uang dan bagaimana uang berkerja memiliki potensi lebih untuk menjadi orang kaya, sedangkan orang yang tak pernah membekali dirinya dengan ilmu keuangan jelas cenderung hidup sebagai orang miskin. Semua kondisi orang baik kaya maupun miskin adalah hasil didikan yang mereka masukan kedalam pemikiran mereka. Kita hidup diberi kesempatan yang mewah untuk mengamati pengaruh pikiran yang berbeda pada hidup setiap orang. Robert T. Kiyosaki pernah berkata dalam bukunya, “Saya memperhatikan bahwa orang benar-benar membentuk hidup mereka lewat pikiran mereka.”
Lalu kenapa orang yang melewati sistem pendidikan bernama sekolah itu banyak yang hidup miskin seperti yang ditanyakan Gondrong? Karena sayangnya konsep uang tidak diajarkan di sekolah, sekolah hanya berfokus pada keterampilan akademis dan professional. Tidak membahas tentang apa itu uang, bagaimana cara kerja uang, dan bagaimana mengelola resiko keuangan. Mereka kaum berpendidikan (bersekolah) tapi miskin tidak tahu cara mendapatkan uang, mengelola uang, dan menjaga uang. Di hidup mereka uang hanya datang dan pergi dengan sekejap karena ketumpulan pemikiran mereka terhadap sistem keuangan, yang membuat mereka tidak mampu mengelola arus uang masuk dan keluar dalam hidup yang penuh liabilitas ini. Sedangkan mereka yang tidak bersekolah belajar secara langsung dengan menghadapi masalah ekonomi, melawan desakan kebutuhan hidup yang memaksa otak mereka untuk belajar dari kesalahan dan mencari solusi untuk memenuhi tanggung jawab dan hasrat keinginan manusia mereka. Secara tidak langsung itu akan melatih pemikiran mereka untuk belajar tentang konsep keuangan dan menarik potensi mereka untuk menjadi orang kaya setelah sukses menyelesaikan masalah ekonomi yang mereka hadapi.
Tulisan ini merupakan hasil pemikiran dan riset dari pribadi penulis sendiri, tidak ditujukan untuk menghina atau menyerang pihak manapun. Jika ditemukan kata yang dianggap mencela seseorang itu merupakan bentuk kekesalan penulis yang ingin penulis lontarkan kepada diri penulis sendiri. Harapannya tulisan ini dapat bermanfaat dan dijadikan materi belajar bagi khalayak umum, bagi pihak manapun yang merasa tidak terima atau mempunyai pandangan lain bisa mengajukan tulisan banding dan diupload di pihak media terkait.
Penulis: Rofiq Hidayah
Mahasiswa Hukum Keluarga Islam
#Hukum#Investasi#Cerdas#Intelektual#Spiritual#Finansial#FisikdanMental#Sosial
0 Komentar