Temanggung dalam Dua Hari

Terhitung sejak 31 Agustus 2025 dan 1 September 2025 kemarin, beredar sweeping Polisi untuk mengamankan aksi, provokasi dan entahlah harus disebut dengan sebutan apa lagi. Tertanggal 31 Agustus 2025 beberapa masa aksi dari Aliansi Mahasiswa Temanggung digembosi aparat ketika persiapan bener dan poster aksi. Atribut aksi mereka dilucuti dan barang bawaan digeledahi. Gemetar, raut merah marah dan kebingungan, perasaan mereka waktu aparat berdatangan ke lokasi titik kumpul lebih tepatnya di Taman Kali Progo (TKP) Krangan siang hari. 

Salah satu pentolan masa menawarkan diri untuk dibawa aparat, merasa harus bertanggung jawab atas keributan kecil hari itu. Masa aksi yang lain bersaksi bahwa tidak lama dari kejadian itu, puluhan mobil brimob merapatkan barisan ke TKP. Semua titik di kepung aparat, suasana makin mencengkram seakan datang kembali masa orde baru. Aliansi Mahasiswa Temanggung hari itu terpecah pada dua titik yang berbeda dan belum bisa saling bertemu, aparat terus melakukan sweeping perkumpulan orang-orang yang berbaju hitam. Merasa masih harus bergerak, akhirnya freming media menjadi senjata utama. Tulisan berjudul “Mengapa Aksi di Temanggung dibatalkan ?” dan poster poster media sosial dilayangkan. 

Sore itu mereka masih mempelajari situasi, merefleksikan dan mengevaluasi tentang peristiwa yang terjadi. Merasa ada banyak kejanggalan akan dinamika aksi yang berlangsung dalan dua hari ini, akhirnya mereka menyatakan sikap bahwa tidak akan ikut aksi pada 1 September 2025 di gedung DPRD Temanggung. Sesuai prediksi Koalisi Sipil dan Aliansi Mahasiswa Temanggung. Aksi Damai yang digelar oleh Aliansi Masyarakat Kecil Temanggung berujung ceos dan banyak provokasi. Terjadi banyak kericuhan hingga gas Air mata disemprotkan.

Kabarnya, masa mulai ricuh sejak sebelum inisiator aksi berkumpul di tikum plaza Temanggung. Lima puluh masa ditangkap dan diamankan aparat. Dirilis dari akun instagram Aliansi Mahasiswa Temanggung, aparat masih melakukan penyisiran hingga sekitar pukul 23.53 WIB. Mereka melakukan pengawalan kepada masa yang tertangkap aparat. Mungkin karena rasa senasib dan seperjuangan, terlebih mengingat tertanggal 31 Agustus mereka juga ditangkap aparat.

Pengawalan yang dilakukan oleh Koalisi Sipil Temanggung dan Aliansi Mahasiswa Temanggung pasca aksi 1 September 2025 menjadi cermin bagaimana respek dan tanggung jawab sosial mereka sebagai mahasiswa. Walaupun sudah menyatakan tidak akan turun aksi tapi mereka tetap mengawal masa pasca aksi. Tanpa aksara sejarah Temanggung dalam dua hari tidak akan terekam masa. Tanpa aksara berbagai peristiwa, dinamika dan tokoh tokoh pelaku sejarah tidak akan terbingkai rapi dalam media. Tulisan ini tidak ditunjukan untuk provokasi atau apapun, hanya sedikit merekam bahwasanya Temanggug dalam dua hari perlu kita cermati pola Aksinya, bahwa Temnggung dalam dua hari mengajarkan kita bagaimana respek dan Tanggung jawab nyata pada sesama. Aliansi Mahasiswa Temanggung bukan provokator negative bagi negeri Tembakau ini, mereka adalah masyarakat dengan aspirasi murni tanpa ditungangi.

Terlepas dari apapun yang sedang terjadi di Negeri ini, peperangan antara rakyat dan aparat, presiden dengan mafia minyak atau DPR dengan banyak retorikanya, sekali lagi tulisan Temanggung dalam dua hari hannya sekedar narasi yang merekam kejadian aksi yang digelar, satu digembosi dan satu lagi diricuhkan provokasi -katanya.


Oleh Kurnia Laili Khamida ; Litera Progresif, Demisioner Senat Mahasiswa 2024-2025

Posting Komentar

0 Komentar