Oleh: Sulistiyorini, mahasiswi STAINU Temanggung
Sebagai
lembaga agama islam yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang berbasis Ahlusuunah waljamaah. Pondok pesantren
merupakan tempat proses pembelajaran yang menekankan pada lingkup keagamaan.
Juga menyediakan asrama bagi para peserta didiknya dalam jangka waktu yang
tidak ditentukan. Nah, peserta didik itulah yang disebut “santri”. Seorang
santri tidak hanya dituntut untuk belajar agama saja, tetapi juga dituntut
untuk menjadikan ilmu yang dipelajari menjadi cara berpikir dan cara hidup
dimanapun dan kapanpun. Tidak bisa dipungkiri, hidup sebagai seorang santri
dalam dunia pesantren merupakan sebuah miniature kehidupan bermasyarakat dan
bersosial.
Banyak yang beranggapan menjadi
santri berawal dari seorang anak yang nakal dan orang tuanya sudah tidak
sanggup untuk mengurusnya maka anaknya terpaksa dipondokkan oleh orang tunya agar
bisa belajar agama lebih dalam. Padahal pernyataan itu salah, justru seorang
santri itu terbukti sangat berperan terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Hal
tersebut telah dibuktikan oleh santri KH Subuki dari Parakan Temanggung, dulu
kiyai Subuki bersama santri-santrinya melawan penjajah belanda menggunakan bambu
runcing yang didoakan terlebih dahulu oleh KH Subuki dikala itu. Begitupun
dengan Kyai Haji Hasyim Asyari yang dulunya juga memperjuangkan kemerdekaan
bangsa Indonesia dibantu oleh santri-santrinya yang sangat takdzim terhadap beliau.
Santri adalah calon pemimpin yang
akan meneruskan perjuangan Ulama untuk berdakwah dan membina umat kelak, maka
dari itu santri itu harus tenanan
dalam memperjuangkan agama. Apalagi dimasa era nem normal ini, menjadi seorang
santri lebih utama dan lebih jelas kemana arah progresifitas dan arah
produktifitas. Bagaimana tidak? Setiap hari santri digembleng dengan kegiatan kegiatan yang produktif misal mengaji,
solat berjamaah, dll. Dizaman ini banyak juga banyak pondok pesantren yang
mengajarkan kepada santrinya tentang keterampilan seperti halnya santri putra dipasrai untuk mengurus sawah milik kiyainya,
ada juga pondok yang dapat bantuan dari pemerintah berupa pembangunan Balai
Latian Kerja (BLK) dalam BLK ini ada beberapa jurusan antara lain menjahit,
pelatian TIK.
Tidak hanya hanya itu, santri juga dilatih untuk
bertransaksi jual beli dalam pesantren, katakan dalam pesantren tersebut
menyediakan beberapa keperluan maka santri bisa juga melakukan transaksi jual
beli dalam pesantren dan penjualnya pun juga seorang santri yang sudah
dipercaya ndalem untuk mengurus segala keperluan koperasi tersebut. Dengan adanya bekal dari pesantren tersebut
jika nantinya sudah lulus dari pesantren tidak bingung lagi mau bekerja apa
karena selain dibekali ilmu pengetahuan dan agama santri juga dibekali
keterampilan sejak masih dalam lingkup pesantren.
Eksistensi santri dalam dalam masyarakat juga tidak kalah loh, kebanyakan diluaran sana beranggapan keluaran pondok pesantren itu mau jadi apa nantinya?mereka yang beranggapan seperti itu hanya memandang santri sebelah mata, bahkan seperti halnya Gus Dur, selain eksis menjadi angota dewan beliau juga berasal dari seorang santri, beliau bisa membuktikan bahwa keluaran pesantren tidak kebingungan mau bekerja apa tetapi beliau bisa membuktikan bahwa keluaran pesantren bisa menjadi pemimpin Negara sekalipun. Tidak hanya itu, KH Makruf Amin dia membuktikan bahwa lulusan pesantren bisa menjadi wakil orang nomor satu di Indonesia. Selain itu menteri yang keluaran pondok pesantren diantaranya ada Hanif Dhakiri, Lukman Hakim, Imam Nahrawi, dll.
Jadi nyantri itu keren bukan?
0 Komentar